Suarakampus.com- Hari pertama Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang menerapkan kuliah tatap muka menuai tanggapan dari civitas akademika. Di mana sebelumnya kampus mengeluarkan kebijakan hanya mahasiswa dan dosen yang memenuhi syarat saja bisa kuliah tatap muka, Senin (25/10).
Menilik kebijakan ini, berdasarkan pengamatan tim suarakampus.com tidak semua fakultas menerapkan kuliah tatap muka. Meski demikian, mahasiswa yang telah kuliah tatap muka merasakan imbas dari kebijakan tersebut.
Baca juga: Kuliah Tatap Muka 25 Oktober Mendatang, Mahasiswa Wajib Vaksin
Hal ini tengah dirasakan salah seorang Mahasiswa Prodi Ilmu Alquran dan Tafsir, Janin mengatakan meski belum terbiasa dengan kuliah offline, dirinya mengaku senang karena bisa merasakan suasana baru. “Kuliah tatap muka berjalan lancar dan asyik, beda dengan kuliah online,” katanya.
Sebab menurutnya, kuliah online tidak efektif karena mekanisme perkuliahan terkesan tidak teratur. “Mahasiswa sesuka hati saja mengisi daftar hadir tanpa mengikuti diskusi atau mendengarkan penjelasan dari dosen,” terangnya.
“Semoga selalu kondusif dan istiqomah kuliah offlinenya,” harapnya.
Sementara itu, Nadiana Razu selaku Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora yang menuturkan kuliah tatap muka tidak terlalu efektif. Pasalnya komunikasi menjadi terhambat di kelas. “Saya masih terhambat saat berbicara dan tidak bisa mengenal secara jelas wajah teman,” ungkapnya.
Meski begitu, ia merasa senang bisa kuliah tatap muka, walaupun perkuliahan masih membahas seputar perkenalan diri. “Kalau tadi hanya 26 orang dan tidak ada batasan, serta masih tahap pengenalan,” ucapnya.
Ketua Prodi Aqidah dan Filsafat Islam Amril menjelaskan, hari pertama kuliah tatap muka terkesan lancar, karena tim Satgas Covid-19 yang ada di fakultas cukup sigap. “Saat mahasiswa masuk lokal, dicek surat keterangan sudah vaksin dan suhu tubuh, serta menerapkan protokol kesehatan,” jelas Dosen Mata Kuliah Filsafat Islam itu.
Sebelumnya ia telah mempersiapkan mekanisme perkuliahan, dengan melakukan musyawarah bersama mahasiswa untuk memilih online atau offline. “Jadi saya mengajar dua kali dalam satu lokal,” katanya.
Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Aprizal Ahmad mengatakan kuliah luring memberikan pencerahan berdasarkan psikologi mahasiswa. “Selama ini mereka mahasiswa, tapi belum merasakan mahasiswa,” paparnya.
Ia bercerita saat memasuki kelas, dirinya disambut hangat mahasiswa berbalut keceriaan. “Demi belajar mereka sudah mau pindah dari kampungnya,” tuturnya.
Aprizal berharap tidak hanya mahasiswa semester III saja yang bisa kuliah offline. “Semoga ke depannya semua masyarakat kampus bisa beraktivitas seperti sebelum pandemi,” harapnya. (ulf)
Wartawan: Tsalsabilla (Mg), Friana Faiqotul Izzah (Mg) dan Zulis Marni (Mg)