Ibadah Ramadan di Masa Pandemi

Duski Samad (Foto: arsip suarakampus.com)

Khazanah

Penulis: Prof. Dr. H. Duski Samad, M. Ag (Guru Besar Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Imam Bonjol Padang/Ketua Dewan Masjid Indonesia Sumatera Barat)

Panduan ibadah puasa, tarawih, itikaf, tadarus dan nanti di akhir ramadan salat idul fitri dalam rukun, syarat, dan kesempurnaannya tetap seperti yang dibakukan dalam Alquran, hadis dan fatwa ulama. Berkenaan dengan panduan di masa pandemi ini maksudnya lebih pada pelaksanaannya, kesiapan pengurus dan kedisiplinan jamaah mematuhi protokol kesehatan sebagai ikhtiar untuk menjaga diri dari penularan covid 19.

Edaran Kementrian Agama (Kemenag) RI, tausiah Majelis Ulama Indonesia (MUI), imbauan Dewan Masjid Indonesia (DMI) dan terakhir seruan Gubernur Sumatera Barat, semuanya sepakat membolehkan tarawih berjamaah dan kegiatan lain yang mengikuti Ramadan. Himbauan tersebut meminta masyarakat menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak dalam shalat berjamaah, saat mendengarkan tausiah ataupun kegiatan sebelum dan sesudah ibadah.

Talkshow di Padang TV hari pertama Ramadan membahas Panduan Ibadah Ramadan di masa Pandemi. Acara ini dihadiri oleh Ketua DMI, Wakil Ketua Muhammadiyah, dan pakar pencegahan Covid-19. Kegiatan ini merupakan bahagian dari edukasi agar umat dapat beribadah dengan nyaman dan terhindar dari penularan virus Covid-19 yang masih perlu diwaspadai penularannya.

Pakar pencegahan Covid-19 Andani Eka Putra menuturkan bahaya penularan Covid-19 masih tinggi, angka hasil pemeriksaan laboratorium bulan Mei 2020 hanya 40 orang dari 1000 yang diperiksa. Per bulan Maret 2021 ini sudah mencapai angka 60 per 1000 yang diuji lab. Korban meninggal juga menaik, terutama orang lanjut usia, di atas umur 60 tahun.

Sebenarnya virus Covid-19 tidak mematikan, tetapi yang sangat berbahaya itu adalah penyebaran begitu mudah dan cepat. Orang yang memiliki penyakit bawaan, terutama yang akut, seperti jantung dan penyakit berat lainnya, begitu dijakiti akan mudah mengalami percepatan dan membahayakan nyawa orang tersebut.

Perlu dimengerti bahwa penularan virus covid 19 hanya dua cara, pertama melalui droplet yaitu partikel halus yang keluar saat bersin, dan batuk. Kedua melalui mukosa, yaitu sentuhan tangan yang sudah terkena virus ke mata, dan mulut.

Tausiah ulama dan keputusan pemerintah memberikan kesempatan salat tarawih di masa pandemi. Protokol kesehatan mesti dijaga dan diterapkan masyarakat agar jangan menimbulkan masalah dalam penyebaran dan merusak kemuliaan masjid, misalnya ada cluster baru di masjid.

Satu jam diskusi ulama, aktivis dan pakar pencegahan pandemi, menghasilkan rumusan pendapat sebagai berikut:

  1. Semua Jamaah Memakai Masker
    Penelitian menunjukkan bahwa penyebaran virus paling ganas itu melalui droplet dan mukosa maka memakai masker adalah cara paling efektif untuk menghindar dari kena virus dan juga menjaga orang lain dari bahaya. Saat ini orang muda sering kali menjadi transmisi karena mereka Orang Tanpa Gejala (OTG).
  2. Saf Rapat dapat Dilakukan
    Saf rapat dapat dilakukan bila masker dipakai jamaah, karena saat shalat orang tidak berhadapan dan sentuhan kulit tidak akan menularkan, kecuali kena telapak tangan lalu diusapkan ke mata dan mulut.
  3. Bersalaman Boleh Saja
    Bersalaman tidak menularkan begitu saja, kecuali bila tangan memegang mata dan mulut, maka setiap kali bersalaman segera cuci tangan pakai sabun dan air mengalir.
  4. Pengurus Masjid agar Mengingatkan
    Jamaah yang ramai, ada yang tak disiplin, pengurus masjid harus mengingatkan bahaya virus Covid-19, menyediakan pengukur suhu, alat cuci tangan, menyediakan masker dan disiplin dalam menjaga kebersihan tikar, ruang mesti terbuka, hindari memakai AC, utamakan kipas angin.
  5. Mubalig Diminta Menjadi Teladan
    Tausiah lebih singkat, padat dan berisi. Mubalig sebaiknya pakai pelindung wajah jika sulit memakai masker. Mubalig diminta tetap memakai masker atau pelindung wajah saat berceramah agar dapat diteladani jamaah.
  6. Batasi Komunikasi di Masjid
    Jamaah diminta menahan diri dari banyak bicara di masjid. Membatasi komunikasi antar jamaah dapat mengurangi terpapar virus.
  7. Minimalisir Agenda Buka Bersama. Bahaya penyebaran virus paling tinggi ada saat buka bersama. Sulit mengunakan masker saat buka bersama dan pelayan juga tidak pakai masker.

Ibadah ramadan di masa pandemi harus disambut dengan gembira, tidak perlu takut berlebihan, yang penting harus ketat dalam memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan menjaga kebersihan masjid, dan membatasi komunikasi. (fga)

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Berikut Syarat dan Alur Registrasi SPAN PTKIN UIN IB 2021

Next Post

Rektor UIN IB: Berkah Puasa di Tengah Pandemi

Related Posts
Total
0
Share