Memaknai Hikmah Kemenangan Idulfitri Pertama

Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga, Johan Septian Putra (Doc.pribadi)

Oleh: Johan Septian Putra

Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga

Suarakampus.com- Momentum Idulfitri merupakan kegiatan rutin setiap tahun bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia pada setiap awal bulan Syawal. Idulfitri dimaknai sebagai hari kemenangan yang nyata bagi mereka yang melaksanakannya. Kegiatan tersebut terus-menerus memiliki tradisi yang sama yakni bergembira ria karena sudah berupaya keras dalam beribadah semaksimal mungkin beribadah selama satu bulan di bulan Ramadan sembari itu pula berharap Allah menerima semua amalan yang sudah dilaksanakan mereka.

Terkait pula dengan perayaan Idulfitri dengan penuh suka cita dan kemenangan yang nyata awal-awal Islam, sebagaimana dalam buku Syaikh Syafiyurrahman Al-Mubarakfuri yakni Sirah Nabawiyah, bagian Peristiwa Perang Badar Al-Kubra pada halaman 270, bahwasanya tahun kedua Hijriyah diturunkan kepada umat Islam kewajiban berpuasa di bulan suci Ramadan, membayar zakat fitrah dan penjelasan tentang batasan-batasan zakat yang lain. Kewajiban membayar zakat fitrah dan zakat-zakat lainnya dimaksudkan untuk memperingan beban hidup yang dijalani orang-orang Muhajirin dan Anshar yang miskin, yang tidak mempunyai bakat usaha.

Ada momen yang paling mengesankan karena Idulfitri pertama dalam sejarah yang dijalani oleh Umat Islam dalam hidup mereka pada bulan Syawal tahun kedua Hijriah, setelah mereka memperoleh kemenangan yang gemilang di Perang Badar. Betapa mengesankan perayaan Idulfitri saat itu yang penuh kebahagiaan ini, setelah Allah menyematkan mahkota kemenangan dan keperkasaan kepada mereka. Betapa mengagumkan shalat Idulfitri yang mereka lakukan saat itu, setelah mereka keluar rumah dengan menyerukan suara takbir tahmid, dan tauhid. Hati mereka mekar dipenuhi kecintaan kepada Allah SWT sambil tetap mengharapkan rahmat dan keridhaan-Nya, setelah Dia memuliakan mereka dengan nikmat dan menguatkan mereka dengan pertolongan-Nya, Lalu Allah mengingatkan mereka tentang semua ini dengan dalam surah Al-Anfal ayat 26.


وَٱذْكُرُوٓا۟ إِذْ أَنتُمْ قَلِيلٌۭ مُّسْتَضْعَفُونَ فِى ٱلْأَرْضِ تَخَافُونَ أَن يَتَخَطَّفَكُمُ ٱلنَّاسُ فَـَٔاوَىٰكُمْ وَأَيَّدَكُم بِنَصْرِهِۦ وَرَزَقَكُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: “Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tertindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki dari yang baik-baik agar kamu bersyukur.

Ayat tersebut setidaknya memberikan gambaran sederhana pada saat itu, tatkala umat Islam yang ketakutan serta di rundu kesedihan karena berperang melawan saudaranya sendiri dan ditambah lagi sebagian mereka kehilangan sanak saudara mereka, namun Allah SWT memberikan semangat spiritual karena pasti ditolong dan dikuatkan mereka serta pasti diberikan rezeki yang baik, supaya kehidupan mereka bisa kembali normal sedia kala.

Berdasarkan kitab Fiqih Empat Mazhab (terjemahan), penulisnya bernama Abdurrahman Al-Jaziri, pada jilid satu halaman 621, salat Idulfitri bersamaan pula Iduladha mulai disyari’atkan pada tahun pertama dari hijrah. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dari Anas bin Malik, ia berkata: “Rasulullah SAW, datang di Madinah, sedangkan penduduknya mempunyai dua hari di mana mereka bermain-main padanya lalu beliau bertanya: “Apakah dua hari ini?” Mereka menjawab: “Kita bermain-main padanya di zaman Jahiliah”. Selanjutnya Rasulullah SAW, bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menggantikan untuk kalian dengan yang lebih baik dari pada keduanya, yaitu Hari Raya Kurban dan Hari Raya Fitrah”. (H.R Abu Dawud)

Dari kitab yang sama pada halaman 631 disebutkan salah satu sunah dari hari raya Idulfitri adalah hendaknya menampakkan sikap muka manis dan terasa gembira di hadapan orang-orang mukmin yang bertemu. Hendaknya memperbanyak sedekah sunnah sesuai kemampuan. Sederhananya, pada saat hari raya tiba, sudah menjadi keharusan bagi siapapun di hari itu tatkala masih hidup berupaya terus-menerus gembira akan kemenangan yang sudah dicapai, terutama kemenangan dari berperang melawan hawa nafsu dan mereka yang mendapatkan kemenangan dari Perang Badar di bulan Ramadan.

Diterangkan pula dalam kitab Durratun Nashihin, bagian penjelasan tentang Idulfitri, pada halaman 264, dikisahkan pula ketika Rasulullah SAW keluar rumah pada hari raya Idulfitri ada seorang anak yang bersedih dan tidak ikut bermain bersama teman-temannya, karena sudah kehilangan keluarganya yang mana terutama bapaknya di saat peperangan terjadi, dan ibunya memakan harta dan menikah lagi hingga keluar dari rumah yang sudah ditinggalkannya, ditambah lagi bersedih karena dia tidak punya pakaian baru, tidak makan dan tidak minum pula. Kemudian Rasulullah SAW menawarkan untuk jadi ayahnya, dan Aisyah jadi ibunya, Ali bin Abi Thalib sebagai pamannya, kemudian Fatimah Az-Zahra dan kedua anaknya (Hasan dan Husein) sebagai saudaranya. Mendapati tawaran tersebut sang anak rida menerimanya. Kemudian dia dibawa ke rumah Rasulullah SAW untuk dipakaikan pakaian baru, makan-minum di sana sehingga pada akhirnya sang anak bernama Shaba ini keluar rumah dengan tertawa sambil bergembira dengan sukacita.

Dengan demikian, seyogyanya umat Islam selalu di mana pun berada selalu gembira dalam keadaan apapun itu, berupaya semaksimal mungkin menunjukkan kegembiraan tersebut secara khalayak umum karena sudah berjuang dengan penuh cobaan dan rintangan selama bulan Ramadan. Kalau dibandingkan dengan Idulfitri pertama dengan sekarang, tentunya tidak sebanding karena perjuangan masa itu dengan perang nyata sembari berpuasa, sedangkan umat Islam sekarang terkhusus Indonesia tidaklah demikian, yang hanya melawan panas terik matahari bagi mereka yang berpuasa sambil bekerja.

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Mudik Bukan Sekadar Tradisi Pulang Kampung

Next Post

Begini Kata Guru Besar Sejarah UIN IB Terkait Konflik Palestina-Israel

Related Posts
Total
0
Share