Perjuangan Hetti Waluati Meraih Gelar Guru Besar

Sosok Prof. Hetti Guru Besar Ilmu Linguistik (Sumber: suarakampus.com)

Suarakampus.com- Manajemen waktu yang baik adalah kunci perjuangan untuk mendapatkan gelar profesor bagi Hetti Waluati Triana, Guru Besar Ilmu Linguistik. Perjalanan panjang yang dilalui tidak mematahkan semangatnya dalam meraih cita-cita.

Hetti menceritakan, banyak proses yang harus ia lalui untuk mendapatkan gelar profesor. Usaha yang dilakukan butuh perjuangan dan kehati-hatian. Langkah awal yang dilakukannya mulai dari melakukan penelitian, mempublikasikan, hingga menyusunnya menjadi bahan kenaikan pangkat.

Usulan kenaikan pangkat tersebut diajukan kepada Rektor UIN Imam Bonjol Padang, lalu diproses oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). “Alhamdulillah pada Oktober 2022 lalu, saya diamanahkan sebagai guru besar Ilmu Linguistik,” sebutnya saat diwawancarai oleh tim suarakampus.com, (02/03).

Katanya, untuk meraih gelar professor tidak hanya sekedar perjuangan dalam hal publikasi atau membuat makalah, namun juga harus pandai memanajemen waktu. Perjuangan menjadi seorang Guru Besar tidak boleh melalaikan tanggung jawab sebagai seorang dosen.

Selanjutnya, ia menyampaikan bahwa sejak tahun 1994 dia sudah mengabdi di UIN Imam Bonjol Padang sebagai dosen dan pernah menjadi sekretaris Program Studi (Prodi) Bahasa dan Sastra Arab (BSA), akademik, kepala pusat auditorium, ketua Lembaga Penjaminan Mutu (LPM), dan terakhir sebagai Wakil Rektor I. “Tidak ada hambatan profesi dalam meraih cita-cita,” ujarnya.

Kemudian, ia menuturkan studi yang pernah ditempuhnya yaitu S1 Universitas Andalas (Unand), S2 Universitas Negeri Padang (UNP), dan S3 di Universitas Kebangsaan Malaysia. “Faktor ekonomi tidak menjadi penghambat dalam melanjutkan pendidikan,” katanya.

Lanjutnya, ia berharap kedepannya semua doktor di UIN Imam Bonjol Padang menjadi guru besar secepatnya, dan dia bisa melanjutkan penelitian untuk mempertegas dan membuktikan secara terdokumentasi inrealisme linguistik, Bahasa Minangkabau terhadap dialek impleksima melalui kajian toknimi di Negeri Sembilan, Malaysia. “Semoga semua dilancarkan,” harapnya.

Wakil Dekan III Bidang kemahasiswaan dan Kerja Sama Fakultas Adab dan Humoniora (FAH) Muhammad Danil Chaniago mengatakan bahwa dia adalah saksi bisu dalam kegigihan Hetti dalam meraih cita-citanya. Ketelatenan dan kesungguhan menjadi keunggulan Hetty dalam meraih gelar Profesor.

“Saat menjabat beliau tetap mengerjakan makalah dan berdiskusi dengan dua sahabatnya. Sekarang ia maupun sahabatnya sudah menjadi guru besar,” tutupnya. (una)

Wartawan: Ummi Nadia (Mg) Muhammad Salohot Nasution (Mg)

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Mahasiswa UIN IB Terpilih Sebagai Putra Pariwisata Edukasi Indonesia 2023

Next Post

Sejarawan Indonesia, Gusti Asnan: Sejarah Islam di Minangkabau Menarik untuk Ditulis

Related Posts
Total
0
Share