Suarakampus.com– Universitas Fort de Kock Bukittinggi resmi mendirikan Cinema Teater pada 26 September 2025 untuk menjembatani akses film nasional, daerah, hingga internasional bagi masyarakat Minang. Program ini digagas khusus memudahkan masyarakat menonton film-film daerah yang selama ini sulit diakses, Jumat (3/10).
Menurut Yudha Winosobo, dosen Desain Komunikasi Visual Universitas Fort de Kock Bukittinggi, menjelaskan pemutaran film di Cinema FDK berbeda dengan bioskop komersial. “Kalau di bioskop banyak aturan bisnis, kami ingin membuka akses tontonan lebih luas,” jelasnya.
Dosen tersebut menyebutkan, Cinema FDK telah mengantongi izin resmi untuk film-film yang ditayangkan melalui kerja sama dengan berbagai pihak. “Film Pengabdi Setan 1 dan 2 izinnya langsung dari sutradaranya,” kata Yuda.
Menariknya, Pengelola Cinema FDK mewajibkan pemutaran film daerah setiap minggu agar karya sineas lokal tidak hilang begitu saja. “Pandeka Kaciak misalnya, film daerah jangan cuma berhenti di laptop,” ujarnya.
Yuda menambahkan, harga tiket dipatok mulai Rp5.000 hingga Rp10.000 dengan sistem bagi hasil bersama pemilik film. “Keuntungan kita dari jualan snack, paling seribu dua ribu rupiah,” tambahnya.
Penonton nantinya juga akan mendapat voucher Telkomsel sebagai bonus dari kerja sama yang telah dijalin. Biaya perawatan ditanggung pihak kampus, sementara fasilitas akan dilengkapi secara bertahap sesuai kebutuhan.
Pemutaran film dijadwalkan setiap Jumat dan Sabtu bertepatan dengan weekend yang dianggap waktu luang mahasiswa. “Film yang tayang bukan by request, tapi yang dapat izin resmi,” jelasnya.
Dosen itu menegaskan Cinema FDK memiliki konsep berbeda dengan bioskop komersial pada umumnya. “Orang kira ini bioskop, padahal ini cinema teater,” tegasnya.
Cinema FDK dikelola PT Mitra Karya bersama dosen kampus yang memahami dunia perfilman untuk memastikan profesionalitas pengelolaan. Antusias penonton sejauh ini cukup tinggi, baik dari kalangan mahasiswa maupun masyarakat luar kampus.
Yuda berharap Cinema FDK dapat menjadi ruang edukasi sekaligus hiburan bagi masyarakat Bukittinggi dan sekitarnya. “Sekaligus memperkenalkan Universitas Fort de Kock yang sejak 2019 sudah berstatus universitas,” tutupnya. (ver)
Wartawan: Redaksi