Kanvas

Suarakampus.com- Semua orang pasti akrab dengan benda yang akan saya bahas ini, entah itu pernah mendengar namanya ataupun pernah menggunakannya.

Yap, kanvas. Sebuah media yang cukup akrab didengar bagi masyarakat awam walaupun sebenarnya kanvas sangat dekat dengan kehidupan kita. Dasarnya kita mengartikan kanvas sebagai kain kasar yang digunakan untuk melukis, sementara KBBI mengartikan kanvas sebagai kain kasar yang kuat, dipakai untuk kemah, layar, kantong surat pos, lukisan dan lain-lain.

Yah, saya kira pengertiannya tidak jauh berbeda. Saya ingin terfokus pada fungsi kanvas sebagai alat lukis, umumnya kanvas yamg dipakai itu berasal dari kain kasar berwarna putih bersih.

Pelukis akan mengisi kanvas dengan coretan-coretan indah yang terkadang abstrak dan tidak jarang teratur. Campuran cat yang sangat banyak dan bertumpuk karena banyaknya kesalahan yang ditutupi, tidak jarang ada dalam sebuah kanvas namun itulah yang membuat sebuah lukisan menjadi indah.

Akan tetapi, keindahan sebuah lukian yang sudah tertuang dalam sebuah kanvas tidak jarang juga dianggap buruk oleh orang-orang yang tidak mengerti dengan maksud goresan didalam kanvas itu, tidak awal pula lukisan yang telah tertuang dalam kanvas dibiarkan berdebu dan bertumpuk karena banyak lukisan baru yang tercipta.

Begitu pula lah kita, kita manusia diibaratkan sebagai kanvas kosong yang bersih dan pengalaman yang akan melukis serta membuat goresan yang abstrak dan indah di dalam kanvas itu.

Tidak jarang kita punya pengalaman tidak dihargai seperti halnya sebuah lukisan yang tidak dinilai oleh orang yang tepat, dan terkadang pengalaman kita dianggap tidak penting karena tidak cocok dengan keadaan saat ini.

Namun ingatlah sebuah lukisan yang telah berdebu dan tertumpuk akan menjadi berharga jika dibersihkan dan seiring bertambahnya usia maka akan turut bertambah pula keantikannya. Saya berpendapat bahwa tidak sepatutnya sebuah lukisan dihargai berdasarkan bentuknya, namun sebuah lukisan akan semakin berarti jika memiliki sebuah cerita bagi pelukisnya.

Begitupun kita, jika kita dihargai hanya wajah dan penampilan, maka itu adalah penghargaan yang buruk bagi kita, namun jika kita dihargai karena pengalaman dan cerita dalam hidup maka itu adalah tempat yang tepat bagi kita.

Penulis: Rais Shiddiq (Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang)

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Ibunda

Next Post

Hujan di Tengah Malam

Total
0
Share