Pojok Steva Adakan Bincang Buku Ramuan Penangkal Kiamat

Suasana bincang buku Ramuan Penangkal Kiamat (Foto: Hary/suarakampus.com).

Suarakampus.com- Pojok Steva dan beberapa lembaga literasi di Kota Padang seperti Toko Buku Orang Kaya Buku, Lini Buku, Sumatera Institute, adakan bincang buku berjudul Ramuan Penangkal Kiamat, karya Zelfeni Wimra. Acara tersebut berlangsung di Pustaka Steva yang berada di jalan Jamal Jamil No 77, RT.2/RW.1, Surau Gadang, Kecamatan Nanggalo, Kota Padang, Kamis (11/03). 

Bincang buku tersebut menghadirkan beberapa sastrawan hebat yaitu Dosen UIN Imam Bonjol Padang sekaligus Mahasiswa Doktoral Deakin University Australia, Nofel Nofiadri dan Dosen FIB Unand merangkap sebagai Dosen Tamu Busan University of Foreign Studies Korea Selatan tahun 2015-2018, Elly Delfia. 

Nofel Nofiadri menilai buku yang terdiri dari 153 halaman dan dimuat dalam 19 cerpen tersebut membahas tradisi Adat Istiadat Minangkabau. “Buku ini memberikan gambaran tentang pengetahuan tradisional Minangkabau,” ungkapnya. 

Lanjutnya, Nofel mengatakan menariknya buku tersebut karena memakai metafora kebahasaan sehingga setiap cerpen memiliki jiwa penceritaannya masing-masing. 

“Tepatnya cerpen dalam buku ini lebih memvariasikan metafora dalam kebahasaan Minangkabau secara kognitif variabel,” katanya. 

Sementara itu, Elly Delfia mengungkapkan buku tersebut mengandung cerpen dengan mengangkat persoalan-persoalan sosial, agama, budaya dan adat istiadat serta sejarah.

“Persoalan terhadap adat dan agama menjadi narasi yang sangat apik dalam kumpulan cerpen ini,” sebutnya.

Kemudian, Elly menambahkan buku ini juga menampilkan wacana kritis dengan memakai pendekatan kultural linguistik, berkesinambungan dengan judul cerpennya. Serta mengkaji permasalahan konflik sosial seperti ideologi masyarakatnya. 

“Namun pembaca jangan mengartikannya secara tekstual melainkan menganalisanya dengan narasi adat istiadat,” tambahnya. 

Sambungnya, buku tersebut juga menyinggung sejarah perempuan Minangkabau yang termarjinalkan sebagai objek kekerasan dan pemerkosaan saat Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia. 

“Cerpen ini secara keseluruhan banyak mengandung metafora dengan bingkai multi interpretasi, sehingga semakin banyak nilai-nilai yang tergambar dalam penciptaan metafora sastra,” tutupnya. (ulf)

Wartawan: Hary Elta Pratama (Mg)

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Tersingkir di UCL, Akhir Karir Messi di Camp Nou?

Next Post

Sepi

Related Posts
Total
0
Share
410 Gone

410 Gone


openresty