Dampak Lingkungan, Konflik dan Perubahan Sosial Ekonomi di Sekitar Kawasan PLTU

Suarakampus.com- Mengupas dampak lingkungan, konflik dan perubahan sosial ekonomi akibat proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) serta mengajak publik untuk lebih kritis terhadap isu transisi energi di Indonesia, Roehana Project adakan diskusi publik. Diskusi dilaksanakan di Pojok Steva Padang.

Diskusi ini menghadirkan sejumlah narasumber yang mengupas dampak lingkungan dan sosial akibat proyek PLTU, serta mengajak publik untuk lebih kritis terhadap isu transisi energi di Indonesia.

Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Padang, Novia Harlina, menegaskan bahwa peran jurnalis sangat penting dalam mengungkap dampak energi kotor terhadap masyarakat. “Kami terus memperjuangkan peliputan yang berbasis fakta dan transparan terkait isu-isu lingkungan seperti PLTU,” ungkap Nova.

Lina menekankan, pentingnya keterlibatan dalam penyebaran informasi terkait dampak lingkungan. “Kami mendorong jurnalis untuk terus kritis dan berani meliput isu-isu sensitif seperti ini,” ucap Nova.

Selanjutnya, Direktur Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Sumbar Wengi Kurniawan menyampaikan, ketergantungan pada energi fosil, merusak lingkungan dan kehidupan masyarakat lokal. “Transisi energi bukan hanya soal teknologi baru, tetapi juga keadilan bagi masyarakat terdampak,” jelasnya.

Wengki juga menyatakan, bahwa proyek energi sering kali mengorbankan masyarakat lokal demi keuntungan segelintir pihak. “Masyarakat menderita akibat polusi, sementara yang lain menikmati manfaat listrik tanpa mementingkan bahayanya,” tambah Wengki.

Lalu, Koordinator Advokasi Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Padang, Diki Rafiqi menyoroti lemahnya penegakan hukum terhadap pelanggaran lingkungan oleh PLTU. “Sanksi yang dijatuhkan sering kali hanya formalitas tanpa tindakan yang nyata di lapangan,” ujarnya.

Lanjutnya, ia meminta pemerintah untuk lebih transparan dalam memberikan data lingkungan terkait kualitas udara dan air. “Publik harus memiliki akses terhadap data penting agar bisa memantau dampaknya,” tegas Diki.

Selanjutnya, Reporter Roehana Project Uyung Hamdani mengatakan, bahwa masyarakat sering kali tidak menyadari dampak besar dari proyek energi seperti PLTU. “Kami berkomitmen untuk memberikan suara kepada masyarakat terdampak yang sering kali tidak terdengar,” jelas Uyung.

Kemudian, Wartawan Tempo Fachri Hamzah menekankan, pentingnya jurnalisme investigatif dalam peliputan isu energi. “Lantaran ada kepentingan ekonomi besar di balik janji-janji energi bersih yang sering mengabaikan dampak lingkungan,” ujar Fachri.

Lalu, Fachri menutup diskusi dengan harapan bahwa peliputan isu energi yang mendalam akan mempengaruhi kebijakan publik. “Harapannya liputan kami bisa membuka mata publik dan mendorong transisi energi yang lebih adil dan berkelanjutan,” sampainya. (hkm)

Wartawan: Verlandi Putra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Perkembangan Pembangunan Student Center UIN IB

Next Post

MUI Payakumbuh Tolak UAS, Abrar Sebut Harus Bisa Memilah Sebuah Persoalan

Related Posts