Oleh: Hestika Ihsani Ilmi
(Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam)
Saat sekarang ini media sosial telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan, terutama bagi remaja. Media sosial dengan segala kemudahannya, justru menjadi pisau bermata dua yang mengancam kesejahteraan mental generasi muda. Di satu sisi, media sosial menawarkan platform bagi remaja untuk terhubung dengan teman, mengekspresikan diri, dan mendapatkan informasi. Namun di sisi lain, platfrom ini juga menjadi sumber tekanan dan perbandingan.
Berdasarkan data dari Kominfo pada tahun 2022, 90% penggunaan media sosial adalah remaja. Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menyebabkan kecanduan, mengganggu pola tidur, serta membuat malas melakukan aktvitas sosial. Zaman sekarang semua remaja sudah ketergantungan pada trend di media sosial, sehingga mereka merasa khawatir ketinggalan informasi apapun dalam media social.
Media sosial sangat erat dengan gambar dan video yang menampilkan kehidupan sempurna dan penuh kesenangan. Remaja sangat rentan terhadap pengaruh ini, mudah terjebak dalam perbandingan dan perasaan ingin seperti yang ditampilkan di media sosial, sehingga memicu rasa tidak percaya diri, depresi, dan kecemasan.
Media sosial sering menjadi tempat terjadinya cyberbullying, yang dapat berdampak buruk pada kesehatan mental remaja. Korban cyberbullying sering merasa terisolasi, cemas dan depresi. Remaja juga dapat menjadi ketergantungan pada media sosial, remaja bisa menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar dan mengabaikan aktivitas lain yang lebih sehat produktif.
Media sosial memiliki dampak yang besar terhadap kesehatan mental remaja. Meskipun ada manfaatnya, dampak negatif seperti kecemasan, depresi, dan cyberbullying tidak boleh diabaikan. Dengan pendidikan yang tepat, batasan waktu, dukungan emosional, dan aktivitas alternatif, remaja dapat belajar menggunakan media sosial melalui cara yang lebih bertanggung jawab dan sehat.
