Hari Tani dan Tantangan Serius Pertanian Indonesia

Potret Shancia Erika

Oleh: Shancia Erika (Menteri Pemberdayaan Perempuan DEMA UIN Imam Bonjol Padang)

Hari Tani seharusnya tidak hanya menjadi seremonial tahunan, melainkan momentum untuk merenungkan kondisi pertanian Indonesia yang sesungguhnya. Negeri ini dikenal sebagai negara agraris dengan sawah, ladang, dan lahan yang luas, tetapi kenyataannya kesejahteraan petani masih jauh dari kata ideal.

Beras sebagai makanan pokok bangsa sering mengalami fluktuasi harga, sementara kualitas pangan juga belum sepenuhnya terjamin. Pertanian kita tidak hanya menghadapi masalah klasik seperti pupuk mahal dan keterbatasan modal, tetapi juga ancaman modern: alih fungsi lahan, perubahan iklim, serta minimnya regenerasi petani. Data menunjukkan, sebagian besar petani di Indonesia sudah berusia lanjut, sementara generasi muda cenderung enggan terjun ke sektor ini. Jika kondisi ini dibiarkan, bukan tidak mungkin kita akan menghadapi krisis pangan di masa depan.

Dalam konteks ini, saya sebagai seorang perempuan sekaligus Menteri Pemberdayaan Perempuan DEMA UIN Imam Bonjol Padang, menyoroti bahwa isu pertanian juga tidak bisa dilepaskan dari perspektif gender. Perempuan petani di desa-desa memiliki kontribusi besar, namun seringkali akses mereka terhadap lahan, modal, dan pelatihan masih terbatas. Padahal, jika diberdayakan secara adil, perempuan dapat menjadi motor penting dalam mewujudkan ketahanan pangan keluarga hingga nasional.

Oleh karena itu, pemerintah perlu hadir lebih serius. Pertama, dengan memperkuat kebijakan perlindungan lahan pertanian agar tidak terus berkurang. Kedua, memberikan akses modal dan teknologi yang ramah bagi petani kecil. Ketiga, mendorong lahirnya petani-petani muda melalui insentif, pelatihan, dan integrasi pertanian dengan inovasi digital. Dan keempat, memastikan kebijakan yang lebih inklusif bagi perempuan petani.

Hari Tani harus menjadi pengingat bagi kita semua bahwa sektor pertanian adalah tulang punggung bangsa. Jika petani sejahtera, maka bangsa akan kuat. Namun jika petani terabaikan, ketahanan pangan dan masa depan kita ikut terancam. Saatnya pemerintah, masyarakat, akademisi, dan generasi muda bergandengan tangan untuk memperkuat fondasi pertanian Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Follow Up FUSA Perkuat Semangat Organisasi Mahasiswa

Next Post

Spirit 80 Tahun Kota Padang: Dari Bundo Kanduang ke Generasi

Related Posts