Suarakampus.com- Di era digital saat ini, seorang jurnalis dituntut untuk serba bisa seperti menulis, mengedit berita, mendesain hingga mengelola media sosial. Hal ini disampaikan langsung oleh Ketua Bidang Ketenagakerjaan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Endah Lismartini.
“Kita harus multitalenta demi menjawab tantangan zaman,” katanya saat diskusi yang diadakan AJI Padang bertajuk Pekerja Pers dan Peta Media di Era Digital via Zoom Meeting, Sabtu (01/05).
Ia bercerita, dirinya pernah bertransisi dari seorang jurnalis media cetak menjadi jurnalis media sosial bukanlah perkara yang mudah. “Saya butuh waktu untuk bisa bertransisi, kala itu tulisan saya sempat ditolak karena terlalu panjang untuk media sosial,” sampainya .
Endah menjelaskan penulisan media sosial dan cetak sangatlah berbeda, untuk media sosial penulisan berita hanya membutuhkan dua sampai tiga paragraf. Berbeda dengan media cetak yang penulisannya sampai 15 paragraf.
“Semasa bekerja di media cetak liputan sering ditemani fotografer, setelah menulis ada redaktur yang akan mengedit. Namun saat berpindah profesi ke media sosial semua kita yang mengerjakan,” jelas Sekretaris Solidaritas Pekerja VIVA (SPV) itu.
Lanjutnya, meski jurnalis media sosial bekerja berada di bawah tekanan serta dituntut multitalenta, ia menyayangkan dari segi kesejahteraan masih jauh dari kata cukup. “Saya menilai jurnalis media sosial saat ini kurang diperhatikan baik itu finansial maupun kesejahteraan hidup,” terangnya.
Endah berpesan agar jurnalis media sosial dapat lebih diperhatikan lagi dan sebanding dengan sumbangsihnya dalam menghadirkan informasi yang dibutuhkan masyarakat. “Semoga wartawan bisa lebih diperhatikan lagi,” harapnya. (ulf)
Wartawan: Bima Asra (Mg)
