Suarakampus.com- Meningkatnya budaya internet di Indonesia berbanding terbalik dengan tingkat literasi digital yang terpaut rendah. Sebab secara global, Indonesia pada 2019 menduduki posisi ke-62 dari 70 negara.
Hal ini berdasarkan rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 2019, yang didasarkan pada survei Program for International Student Assessment (PISA). Hasil tersebut berbalut dengan kebiasaan netizen, di mana tidak terlepas dari menerima serta menyebarkan berita dan informasi baru yang belum pasti kebenarannya.
Ketua Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) AJI Indonesia, Hendra Makmur mengatakan internet dan media sudah berkembang pesat, namun tidak dibarengi dengan literasi yang baik. “Dalam sehari orang bisa menggunakan internet sampai delapan jam dan banyak yang percaya dengan hoaks,” ungkapnya.
Ia menuturkan sikap netizen mudah menyebarkan informasi tanpa mempertimbangkan efek. Katanya, pengguna media sosial kebanyakan menyebarkan informasi untuk hiburan semata.
“Banyak orang membuat informasi hanya untuk lucu-lucuan, sehingga tidak sedikit percaya pada informasi itu,” katanya saat menjadi pemateri seminar yang digelar Dema Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Imam Bonjol Padang, Rabu (03/10).
Kata dia, dunia maya sering terpapar hoaks hasil misinformasi atau informasi salah, meski tidak ada niat mengelabui orang lain, disinformasi juga banyak menipu pengguna digital. “Penyebab terjadinya disinformasi adalah konten manipulasi yang menyesatkan,” katanya.
Hendra Makmur berharap masyarakat, khususnya mahasiswa bisa berhati-hati dan memanfaatkan media sebijak mungkin. “Media memudahkan aktivitas bukan mengancam kita,” tuturnya. (ulf)
Wartawan: Salsa, Rayhan dan Izzatul.
