Suarakampus.com- Beredar surat yang mengatasnamakan Suara Kampus. Surat tertanggal 7 Juli itu, mendesak Menteri Agama untuk segera mengganti Kepala Perpustakaan. Alasannya, mahasiswa dipaksa untuk membeli buku karangan dosen di setiap wisuda.
Surat tersebut ditandatangani oleh Eko Saputra. Ia mengaku sebagai Ketua Lembaga Suara Kampus. Setelah ditelusuri di laman Pangkalan Data Pendidikan Tinggi, tidak ditemui mahasiswa UIN Imam Bonjol yang bernama Eko Saputra. “Tidak ada anggota Suara Kampus yang bernama Eko Saputra, dan kami tidak pernah menulis surat untuk Kemenag,” kata Pemimpin Umum LPM Suara Kampus, Alif Ilham Fajriadi.
Sebelumnya, keberadaan surat tersebut diketahui dari pembina LPM Suara Kampus, Muhammad Taufik dan Abdullah Khusairi, Selasa (28/09). “Suara Kampus harus klarifikasi secara resmi,” kata Muhammad Taufik, di grup WhatsApp keluarga Suara Kampus.
“Kawan-kawan segera telusuri, ada atau tidaknya anggota yang bernama Eko tersebut. Dan ini termasuk pencemaran nama baik kalau dibiarkan,” kata Ketua Jurusan Hukum Tata Negara itu.
Sementara itu, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Welhendri Azwar, mengatakan surat tersebut sudah sampai di pusat. “Buk rektor kan sedang di Jakarta, jadi dapatlah sama beliau kabar ini,” ucapnya.
“Kami masih mempelajari motif surat tersebut, dan pimpinan sudah membentuk tim untuk melacak pengirim surat itu,” kata Welhendri.
Welhendri mengatakan, surat yang mengatasnamakan kampus juga sering terjadi. Sebelumnya ada surat yang mengatasnamakan Forum Komunikasi Dosen UIN Imam Bonjol. “Ketika dilacak, nama-nama di surat tersebut tidak terdaftar sebagai dosen,” katanya.
Sementara itu, Zulfitri, kepala Perpustaan 2017-2021 membantah bahwa pihaknya mengharuskan mahasiswa untuk membeli ataupun menyumbang buku ke perpustakaan. “Dalam beberapa wisuda terakhir, perpustakaan tidak pernah menyuruh mahasiswa membeli buku,” kata Zulfitri saat dihubungi via telepon, Selasa (28/09). (ndt)
Redaksi