Suarakampus.com– Bank Indonesia (BI) menegaskan peran vital ekonomi syariah dalam mendorong pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Disampaikan dalam Konferensi Internasional Ekonomi Islam Berkelanjutan dengan tema “Ekonomi Halalan-Thayyiban: Paradigma Baru untuk Kehidupan Berkelanjutan” yang diselenggarakan oleh Ummah For Earth – Greenpeace Indonesia bersama Indonesia Banking School, Kamis (13/2).
Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI, Rifki Ismal menekankan, bahwa ekonomi syariah memiliki dimensi yang lebih luas dari sekadar aspek finansial. “Ekonomi syariah memiliki keterkaitan erat dengan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan sosial,” ujarnya.
Menurut Rifki, fondasi ekonomi syariah yang terdiri dari akidah, akhlak, dan hukum syariah menghadirkan berbagai instrumen ekonomi yang mendukung pembangunan berkelanjutan. “Instrumen seperti zakat, wakaf, dan sedekah, serta pelarangan riba dan maisir berperan penting dalam meningkatkan daya beli masyarakat dan mendorong investasi berkelanjutan,” jelasnya.
Lalu, dalam mendukung pengembangan ekonomi syariah, BI telah menerapkan kebijakan ekonomi hijau yang berfokus pada dua aspek utama. Pertama, kebijakan pro-stabilitas yang menjaga keseimbangan ekonomi. Kedua, kebijakan pro-pertumbuhan yang mendorong perkembangan industri halal dan inklusi keuangan syariah.
“Ibarat kendaraan, ekonomi memerlukan keseimbangan antara gas dan rem. Kita harus menjaga stabilitas untuk mengendalikan inflasi, sambil tetap mendorong pertumbuhan,” ungkap Rifki.
Kehadiran Undang-Undang Perbankan Syariah semakin memperkuat posisi sistem keuangan syariah di Indonesia. BI kini memiliki kewenangan penuh dalam mengatur dan mengawasi sektor ini untuk memastikan pertumbuhan yang stabil dan berkelanjutan.
Ia berharap, ekonomi syariah dapat menjadi pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional. “Kami mengharapkan ekonomi syariah terus berkembang dan memberikan manfaat luas bagi masyarakat,” tutupnya. (Lya)
Wartawan: Fauziah Maharatih Wahyuni (Mg), Latifah Rabbaniah (Mg)
