Rezim Semakin Keterlaluan, Dunia Kampus Bereaksi

Tangkapan layar saat siaran langsung diskusi Media Ummat. (Sumber : Silah/suarakampus.com)

Suarakampus.com- Maraknya rezim dalam pimpinan universitas memicu reaksi keras dari berbagai kalangan. Hal dibahas dalam diskusi publik yang diadakan oleh Media Ummat (MU) via live YouTube, Minggu (04/02).

Pakar Linguistik Forensik, Aceng Rehendi Saifullah menyatakan petinggi kampus menjadi pendorong utama keadaan saat ini. “Rektor itu berada pada kekuasaan yang menjadi penguat terhadap fenomena sekarang,” ucapnya.

Ia mengatakan bahwa rezim merupakan kejahatan yang bisa ditelusuri karena memiliki dampak yang besar. “Dalam kaidah agama, ini merupakan tindakan yang sudah melampaui batas yang diakibatkan oleh banyak faktor,” tuturnya.

Kemudian ia melanjutkan, suara yang muncul merupakan bentuk perlawanan. “Ini bukan sebuah pertanyaan mengakui sebuah kesalahan untuk memperbaikinya, dan apapun yang dihadapi takdir akan di identifikasi kuat oleh aksi politik,” lanjutnya.

Selain itu, Pakar Hukum dan Filsafat Pancasila Suteki mengatakan meskipun perguruan tinggi dinamakan kampus merdeka, tetapi tidak merdeka. “Kampus berperan sebagai tali penyambung pusat dan telah berprogram dari lama menjadi tangan panjang pemerintahan setelah 10 tahun lalu,” ucapnya.

Lanjutnya, ia menyampaikan saat ini sudah muncul aliran untuk menyampaikan pandangan, sepadan dengan membawa aturan terbalik. “Kalau sekarang mulai ada gelombang dalam rangka memberi reaksi, sama saja mendorong rezim menjadi negara kekuasaan bukan jdi negara hukum,” ujarnya.

Kemudian, Mantan Jubir Presiden Gusdur Adhi Massardi mengatakan keadaan negara berada pada penderitaan, yang berakibat pada banyak orang. “Situasi bangsa ini sudah dalam penuh ketakutan, dan berdampak kepada masyarakat,” katanya.

Kemudian Cendekiawan Muslim, Ismail Yusanto menyampaikan apabila seseorang sadar telah dikuasai maka akan bisa bertindak. “Jika kita merasa dipimpin oleh orang jahat bisa kita tangani,” katanya.

Ia menyampaikan nerbuat yang melampaui batas akan menjadi alarm bagi seluruh bangsa. “Berperilaku keterlaluan akan menjadi pengingat bagi masyarakat, dan kedzaliman akan berlanjut karena tidak satu pun yang berbicara dan bertindak,” tuturnya.

Ia menambahkan akan menjadi peluang bagi kejahatan sebab tidak ada yang bersuara dan akan berbahaya. “Jika itu terjadi, dia mungkin merasa tidak masalah melakukan hal yang demikian, tutupnya. (red)

Wartawan: Nurwasilah Arafiah (Mg)

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

WR III Resmi Lantik 489 Orang Pengurus Ormawa Selingkup FTK

Next Post

Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang Resmi Buka Program MBKM

Related Posts
Total
0
Share