Oleh: Hary Elta Pratama
Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah UIN Imam Bonjol Padang
Mengapa sepi itu hanya bicara dengan bahasa sunyi
Sungguh, kata-kataku bak periuk api
Terbelit tanda baca, terbatas oleh frasa yang riup
Bisakah udara bertiup jika pintu tertutup?
Apakah dunia tak menegurku?
Karena enggan menghabiskan musim dalam hutan khayal
Menginjak tanah becek dan menonton pepat pejal
Siapa yang tak rindu dengan aroma luka rumput
Dan juga tulisan burung kicau yang lembut?
Sepi puisiku memantul dalam kehampaan ruang
Selalu melanglang mengitari diri sendiri
Berharap melepas hujan dan tangis dengan riang
Tapi apalah guna jika langit terbuai alunan sepi
Aku ingin padami semua cahaya surya
Biar ku tahu siapa yang terang saat gelap
Aku ingin genggam rembulan malam
Biar ku tahu siapa yang sedang berharap
Padang, 19 April 2022