Suarakampus.com- Masyarakat Nagari Sungai Tanu Utara, Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan, punya cara unik dalam memeriahkan Hari Raya Idulfitri. Seperti halnya tradisi peragaan si Muntu yang dihadirkan oleh anak nagari setempat, Sabtu (15/05).
Si Muntu merupakan orang yang didandankan dengan karisiak atau daun pisang serta mukanya ditutupi dengan topeng agar orang-orang tidak lagi mengenali identitasnya. Kemudian ia akan diarak keliling kampung untuk menghibur masyarakat.
Permainan ini bertujuan untuk menciptakan suasana suka cita dalam menyambut bulan Syawal yang penuh kemenangan. Laki-laki dan perempuan bisa ikut serta memperagakan permainan ini tanpa batasan usia. Khusus di nagari Sungai Tunu Utara, permainan ini hanya dilakukan sekali setahun saat lebaran, karena masyarakat rantau banyak pulang kampung sehingga suasananya tampak ramai dibanding hari biasanya.
Pada hari ke tiga lebaran ini, si Muntu hanya diperagakan oleh anak-anak berusia 10 tahun yaitu Asraf Maulana dan Farel. Bocah yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) itu terlihat antusias menjadi si Muntu sambil menari untuk menghibur masyarakat. Kemudian mereka diarak keliling kampung dan diberi uang suka rela oleh masyarakat.
Salah seorang pemain si Muntu, Asraf Maulana bercerita pada awalnya dia hanya coba-coba karena direkomendasikan oleh orang sekitar, lalu semakin ia mengenakan kostum si Muntu membuat dirinya menjadi antusias.
“Awalnya cuma coba-coba, namun setelah dicoba saya banyak mendapatkan uang yang dapat digunakan sebagai dana penyelenggaraan kegiatan perayaan lebaran selanjutnya,” ucapnya, Minggu (16/05).
Asraf memandang berperan menjadi si Muntu bukanlah perkara yang mudah karena dirinya harus didandani dengan karisiak yang menyebabkan beberapa anggota tubuhnya gatal-gatal dan kepanasan. Namun terlepas dari itu semua ia sangat menikmati perannya dalam menghibur masyarakat.
“Selain perkara mendapatkan uang, saya ikut bahagia melihat orang-orang terhibur dengan kehadiran saya,” ucapnya kepada wartawan suarakampus.com.
Selaku pemudi Kenagarian Sungai Tunu Utara, Mitra Susanti mengungkapkan si Muntu digelar sebagai hiburan bagi masyarakat yang tengah merayakan hari kemenangan. “Kegiatan ini tidak lebih sebagai hiburan yang diperagakan oleh orang-orang yang menginginkan tanpa adanya paksaan,” ungkapnya.
Mitra menuturkan bahwa dirinya telah mengenal si Muntu ini semenjak kecil dan menurutnya si Muntu termasuk permainan tradisional yang sudah ada sejak zaman dahulu. “Ini merupakan permainan lama, kita hanya melanjutkan tradisi yang telah ada,” lugasnya.
Lanjutnya, si Muntu dapat menghibur masyarakat dengan aksi goyangannya yang terkesan unik. “Selaku generasi muda kita harus merawat dan melestarikan tradisi yang telah ada,” pesannya.
Seorang tokoh masyarakat, Yandra mengatakan bahwa si Muntu telah ada semenjak zaman kerajaan Pagaruyung dan akan terus dilestarikan di Kenagarian Sungai Tunu Utara sampai sekarang.
“Si Muntu ini merupakan permainan anak nagari yang harus dilestarikan, dari dahulu hingga sekarang si Muntu selalu ada memeriahkan lebaran setiap tahunnya,” tutupnya. (ulf)
Wartawan: Firga Ries Afdalia