Suarakampus.com- Penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia terus menjadi fokus perhatian. Lantaran itu, sejumlah mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang gelar aksi kamisan di Bundaran UIN Imam Bonjol Padang.
Salah satu inisiator aksi kamisan, Novalsyah menyampaikan penting solidaritas bersama untuk menuntut hak-hak yang termarjinalkan. “Agar tidak terpinggirkan oleh kebijakan yang dinilai tidak adil,” ujarnya.
Dalam aksi yang digelar, Novalsyah mengungkapkan, bahwa isu yang diangkat adalah terkait kasus HAM berat di masa lalu yang belum tuntas, termasuk pembunuhan aktivis pejuang HAM. “Soal yang dulu-dulu belum terselesaikan, seperti kasus Munir,” jelasnya
Kemudian, Novalsyah mengatakan bahwa pelanggaran HAM yang terjadi, mencerminkan rusaknya situasi yang dihadapi. “Kami berdiri di sini untuk menegaskan betapa kejamnya negara atas pelanggaran hak-hak masyarakat,” tegas Presiden Mahasiswa (Presma) UIN IB itu.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa berbagai isu politik tidak hanya mengancam kesejahteraan rakyat, tetapi stabilitas negara. “Persoalan ini harus mendapatkan perhatian serius, agar tidak kembali pada situasi penjajahan yang merugikan rakyat,” tambahnya.
Sementara itu, Novalsyah menyatakan, pemerintah mestinya tidak menyembunyikan fakta-fakta pelanggaran yang telah terjadi. “Bahkan ada upaya dari pihak tertentu, untuk memindahkan tanggung jawab atas pelanggaran HAM kepada masyarakat,” tegasnya.
Lalu, ia mengkritik praktik-praktik yang dinilai sebagai pemanfaatan regulasi oleh kelompok berkepentingan. “Seharusnya kekuatan bangsa harus diutamakan, bukan sekedar kepentingan segelintir orang saja,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Novalsyah juga menyoroti dampak dari kebijakan yang tidak adil terhadap masyarakat. “Rakyat terus merasakan hak-hak mereka harus diberangus oleh negara, termasuk hilangnya nyawa seseorang,” jelasnya.
Lalu, ia menyampaikan, aksi kamisan ini melibatkan sejumlah mahasiswa UIN IB. “Kami semua tujuh orang yang ikut dalam aksi,” ujar Novalsyah.
Novalsyah menekankan, aksi ini murni inisiatif mahasiswa UIN IB yang resah atas kejahatan-kejahatan HAM di Indonesia. “Ini bukan aksi yang digerakkan oleh Senat Mahasiswa (Sema) atau Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema), tetapi atas dasar kekhawatiran kami,” tegasnya.
Ia menambahkan, bahwa aksi kamisan mereka mendapat dukungan dari gerakan di luar kampus. “Seperti aksi kamisan yang dilakukan di Kantor Bupati dan Gubernur,” katanya.
Menurutnya, mahasiswa harus berani mengambil langkah untuk memperjuangkan hak-hak mereka. “Seharusnya bersuara, tidak hanya menjadi penonton dalam arena politik,” tutupnya. (hkm)
Wartawan: Verlandi Putra