Bisik Hati Seorang Ayah

Ilustrasi Sosok Seorang Ayah (Foto: Hungri/suarakampus.com).

Oleh: Hary Elta Pratama

Nak…
Apa kau sadar saat dulu
Mungil jarimu kian tumbuh
Ayun langkahmu yang semakin utuh
Dan capaimu hanya soal waktu

Tataplah langit itu dengan matamu
Liriklah daun kering itu yang kian jatuh
Lalu air ditepi batu kelabu itu
Bisik angin tentang hidup yang mulai rapuh
Semuanya berjalan seiring waktu berlalu
Untuk mengingatkan kau terhadap asa yang utuh

Tak ada emas yang bisa ku pakai
Tak ada sawah yang bisa untuk ku gadai
Dan tiada harap satupun yang bisa ku capai
Meski darah dan peluh kian hari terus terurai

Nak…
Biarlah desir angin menjadi saksi mata
Menari-nari di sela rambut pirang kepala
Langit biru semakin berseraya
Rumput hijau disela batu tetap berdo’a
Agar kau tak tertelan waktu dan susah di sana

Meski telapak tangan makin mengerut
Walau langkah telah jadi riut
Harapku telah jadi abu
Inginku telah termakan waktu
Kecuali dari kau nak hanya satu
Sukses citamu yang kami tunggu

Banting tulang menggaruk jerami
Hujan deras tak terelakkan
Panas hari membakar diri
Ayunkanlah langkah do’a kami
Berjalanlah di atas roda pedati
Berkawat baja berlapis besi
Untukmu dan bahagiamu yang kami nanti

Bukittinggi, 18 Januari 2021.

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Bertaut

Next Post

Nebula, Perjuangan Persahabatan yang Menghantarkan Pada Nilai-nilai Kebajikan

Related Posts
Total
0
Share