Suarakampus.com- Fakultas Dakwah dan llmu Komunikasi (FDIK) UIN IB Padang gelar bedah buku Dinamika Pemikiran dan Gerakan Mahasiswa Sumatra Barat Era 1990-an, karya penulis fundamental Sumbar berdarah Pariaman, Armaidi Tanjung. Acara ini diselenggarakan di Aula FDIK lantai dua, Sabtu (07/12).
Armaidi Tanjung, Putra asli daerah yang terkenal dengan adat Batabuik ini memulai hobi menulis sejak kelas 11 SMA. “Setelah sepekan tidak masuk kelas, saya melihat ada selembar koran yang ditempel di papan mading kala itu membuat saya berjibaku membacanya” ujar pria kelahiran 1969 ini .
Setelah membaca tulisan tersebut, Armaidi termotivasi untuk menulis serta belajar dengan gigih dan melahirkan banyak karya hebat. Perjalanan panjang dan arus terjang gelombang kehidupan masa perkuliahan membuat penulis ini terus gigih menulis. “Buku ini tidak hanya dihadiahkan untuk anak kedua saya tapi juga kepada anak-anak saya di luar sana yaitu mahasiswa,” tegasnya dengan ciri khas senyuman tipis.
Armaidi juga menyebutkan, Ia di topang oleh dua kemampuan, tulisan dan prestasi hingga saat ini sudah hampir 45 karya yang ia luncurkan. “Luangkan isi pikiran lewat tulisan dan bernilai,” Jelas penggores tinta basah dalam bukunya Liputan Jurnalistik : Laporan Jurnalistik, 1988-2003 (2021)
Daya tarik dalam buku ini, mengetahui pemikiran Armaidi melalui motivasi dalam menulis. “Zaman memang terus berubah tapi prinsip-prinsip kehidupan tetap ada,” jelas penulis buku Wartawan dan Pemberdayaan Ekonomi Umat (2017).
Dosen sejarah Universitas Negeri Padang (UNP), Hendra Naldi yang merupakan aktivis tahun 1990-an mengungkapkan, ia lebih senang menemukan ide dan gagasan bung Armaidi lewat tulisan, dari pada berbicara. “Hidupnya sebuah tulisan lewat kata-kata yang di tuliskan penulisnya dengan cinta,” ungkapnya.
Lanjutnya, celengan repson yang dimiliki melahirkan karya yang luar biasa berupa buku. Tahun 1990-an para mahasiswa memanfaatkan tulisan sebagai jembatan aspirasi. ” Ya sepeti itulah cara memberontak bung Armaidi, hal ini bisa di lihat lewat buku ini,” tegas sahabat seperjuangan ajo piaman ini.
Perspektif dalam buku ini bagaimana melihat masyarakat dan mahasiswa ingin kebebasan karena tertekan antara kekuasaan dan yang dikuasai. “Buku ini mengajarkan tentang jiwa zaman. Buku adalah pesta dan cinta,” ujarnya
Meskipun belum tentu rasa dan perspektif apa yang kita maksud itu sama dengan orang lain. Namun dengan menulis bisa menjadi sebuah catatan yang bersejarah dan bermanfaat untuk generasi berikutnya. “Jangan mandul menulis,” pungkasnya .
Kemudian, Damanhuri Tuanku Mudo, asal Padang Sago Kabupaten Padang Pariaman ini ikut memberikan komentar terhadap karya terbaru Armaidi. Ia menyampaikan, buku ini memberikan suatu yang bernilai tinggi lewat tulisan yang menggunakan bahasa sederhana. “Para pembaca, apalagi Gen X bergejolak dan bernostalgia ke puluhan tahun silam jika membacanya,” ucap Pemred Sigi24.com dengan mata berbinar.
Kendati demikian, keterampilan menulis dan sang penulis melalang buana dalam menekankan mengumpulkan hal-hal yang rapi dimasa lalu. “Susunlah menjadi sebuah karya yang bisa dinikmati generasi berikutnya,” pungkas penasehat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Padang Pariaman ini.
Buku ini juga menggambarkan bagaimana kehidupan mahasiswa zaman 90-an yang penuh tekanan. Begitu juga dengan pekerjaan sebagai seorang jurnalis. “Namun, hal ini akan melahirkan jiwa yang tahan banting dan sukses dalam karir,” tutupnya. (Ira)
Wartawan: Sofi Asri