Mardea
(Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Imam Bonjol)
Media sosial belakangan ini banyak menampilkan persoalan dalam sebuah tayangan yang mendapat kecaman dari berbagai pihak, yaitu diketahui Miftah, yang merupakan utusan kepresidenan dalam bidang kerukunan beragama tampak mengolok-olok seorang bapak penjual minuman yang menjajarkan dagangan nya di acara kajian. Miftah yang selalu pengisi acara itu sangat tidak beradab.
Sebagai sesama manusia tidaklah pantas untuk menghina orang lain. Terlepas beliau ini adalah orang berilmu dan disegani, namun tak beradab maka akan menjadi bencana untuk diri sendiri.
Ia terus menjadi sorotan, lantaran mengolok-olok seorang penjual es teh bakul, dengan menyebutkan kata goblok. Potongan video ucapan Miftah itu beredar dan viral di media sosial. Netizen ramai-ramai mengomentari Miftah. Tentu sebab didengar tidak pantas orang berilmu, sebagaimana Miftah ini melontarkan kata-kata “Goblok” pada orang lain. Walaupun, diklarifikasikan sebagai guyonan. Hal ini menggambarkan, begitu pentingnya seorang yang berilmu harus diimbangi memiliki adab.
Kejadian seperti ini hendaknya menjadi introspeksi bagi setiap orang, agar lebih berhati-hati berbicara kepada seseorang ataupun masyarakat. Antara ilmu dan etika dalam Islam akan mencerdaskan umat. Merujuk pada upaya untuk meningkatkan kecerdasan umat Islam dengan melalui pendidikan dan pembelajaran.
Ilmu pengetahuan adalah cahaya yang menerangi jalan kehidupan. Ia adalah kunci kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia. Namun, cahaya itu bisa menjadi api yang membakar jika tidak diiringi oleh adab yang luhur. Ilmu tanpa adab bagaikan pedang tanpa sarung, tajam dan berbahaya, mengancam baik pemiliknya maupun lingkungan sekitarnya.
Kita seringkali terpesona oleh pencapaian-pencapaian ilmiah yang luar biasa. Teknologi canggih, penemuan-penemuan revolusioner, semuanya tampak begitu mengagumkan. Namun, kita seringkali melupakan satu hal penting: etika dan moralitas yang harus mendasari setiap proses penemuan dan penerapan ilmu pengetahuan. Tanpa landasan moral yang kuat, ilmu bisa disalahgunakan untuk tujuan yang merusak, bahkan menghancurkan.
Sejarah telah mencatat banyak contoh bagaimana ilmu pengetahuan yang tidak diimbangi dengan adab telah menyebabkan malapetaka. Perkembangan senjata nuklir, misalnya, adalah bukti nyata betapa ilmu yang hebat bisa menjadi ancaman yang mengerikan jika jatuh ke tangan yang salah atau digunakan tanpa pertimbangan etis yang matang. Begitu pula dengan kemajuan teknologi informasi yang di satu sisi, memudahkan akses informasi dan komunikasi, namun di sisi lain juga membuka peluang untuk penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan berbagai bentuk kejahatan siber.
Oleh karena itu, pendidikan karakter dan pengembangan adab harus menjadi bagian integral dari proses pembelajaran ilmu pengetahuan. Kita tidak hanya perlu mencetak generasi yang cerdas dan terampil, tetapi juga generasi yang berakhlak mulia, yang mampu menggunakan ilmunya untuk kebaikan dan kemaslahatan umat manusia. Pendidikan yang holistik, yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral, sangatlah penting untuk membangun peradaban yang maju, adil, dan berkelanjutan.