Elsa Siregar
(Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Imam Bonjol)
Banjir di daerah Tapanuli Selatan sudah jadi cerita umum yang sering didengar, terutama saat musim hujan. Tapi apakah kita hanya mau menerima ini sebagai kejadian alam biasa? Banjir yang sering melanda bukan lantaran salah hujan deras atau cuaca buruk. Sebagian besar, ini terjadi karena ulah manusia sendiri.
Tapanuli Selatan adalah daerah yang luar biasa asri. Hutan-hutannya lebat, sungai-sungainya jernih, dan tanahnya subur. Tetapi semua itu perlahan hilang karena ulah manusia. Hutan ditebang sembarangan, lahan dibuka tanpa aturan, dan sungai-sungai yang dulunya bersih sekarang penuh sampah. Padahal, hutan dan sungai itu adalah pelindung alami dari bencana seperti banjir.
Ketika hutan ditebang, air hujan yang seharusnya terserap tanah malah mengalir bebas, membuat volume air di sungai meningkat drastis. Belum lagi sampah yang menumpuk di saluran air, yang membuat sungai tidak bisa menampung air dengan baik. Akibatnya, air meluap ke permukiman, merendam rumah, sawah, dan jalan. Kalau sudah begini, siapa yang rugi? semua rugi.
Masalah ini sebenarnya tanggung jawab bersama. Terlebih pemerintah, karena punya tugas besar dalam menjaga lingkungan. Tetapi, kenyataannya, pengawasan terhadap penebangan liar atau pembukaan lahan yang sembarangan masih sering lemah. Kita lihat saja, hutan-hutan terus berkurang tanpa ada upaya reboisasi yang nyata. Saluran air di banyak tempat juga tidak diperbaiki, jadi wajar saja kalau hujan sebentar langsung banjir.
Namun, bukan berarti sebagai masyarakat akan lepas dari tanggung jawab. Berapa banyak dari individu masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan? Berapa banyak yang membuka lahan tanpa memikirkan dampaknya? Kita sering kali tidak sadar bahwa kebiasaan kecil ini punya efek besar. Kalau kita terus begini, banjir akan selalu jadi tamu tak diundang setiap tahun.
Sebenarnya, solusinya tidak sulit. Hal sederhana seperti tidak membuang sampah sembarangan bisa membantu. Mulai dari rumah kita sendiri, kita bisa menjaga kebersihan lingkungan. Lalu, ikutlah dalam kegiatan penghijauan atau gotong royong dalam masyarakat untuk membersihkan saluran air. Ini bukan pekerjaan yang rumit, tetapi dampaknya besar untuk mencegah banjir. Akan tetapi, terlebih utama, pemerintah juga perlu ketegasan. Penebangan liar harus dihentikan, dan program reboisasi harus dijalankan dengan serius. Daerah rawan banjir harus diperbaiki.
Selain itu, pendidikan lingkungan juga penting. Anak-anak harus diajari sejak dini tentang pentingnya menjaga alam. Kalau kita bisa menanamkan kesadaran ini, generasi mendatang akan lebih peduli dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Dampak banjir tidak hanya merugikan materi, seperti rumah yang rusak atau sawah yang gagal panen. Lebih dari itu, banjir mengganggu kehidupan sehari-hari. Anak-anak tidak bisa sekolah, banyak orang kehilangan pekerjaan, dan penyakit seperti diare atau demam berdarah sering muncul setelah banjir. Semua ini menambah beban masyarakat.
Kita tidak bisa terus menyalahkan hujan atau alam. Banjir adalah akibat dari perlakuan kita terhadap lingkungan. Jika kita tidak segera berubah, Tapanuli Selatan yang indah ini hanya akan menjadi cerita lama. Hutan-hutannya hilang, sungai-sungainya rusak.
Banjir adalah musibah yang bisa dicegah, asalkan kita mau peduli. Alam tidak akan mengkhianati kita kalau kita menjaganya dengan baik. Masa depan Tapanuli Selatan ada di tangan kita semua. Kalau bukan kita yang bertindak, siapa lagi?
Penting untuk belajar dari pengalaman masa lalu dan meningkatkan sistem yang solutif.
Infrastruktur yang tahan bencana harus menjadi prioritas dalam pembangunan. Misalnya, jembatan, jalan, dan bangunan yang kuat dapat mengurangi dampak bencana. Sebagai contoh, jalan penghubung antar kecamatan yang sering terputus saat banjir perlu diperbaiki dengan desain yang lebih tahan terhadap bencana alam. Pengelolaan sumber daya alam yang bijak, seperti penghijauan dan mencegah penebangan liar, dapat mengurangi risiko bencana alam. Perlindungan hutan dan konservasi lahan juga berperan penting dalam mengurangi potensi tanah longsor dan banjir.