Oleh: Nanang Sanjaya
(Mahasiswa Program Studi Perbankan Syariah UIN IB)
Kau datang pelan tak disangka
di langit yang lama tak punya cerita
Angin mendahuluimu mengabarkan rindu
lalu titik-titikmu jatuh seperti doa yang dipeluk waktu
Aku tanah retak menanti basah
menganga oleh sepi, luka, dan pasrah
Tiba-tiba kau jatuh menjamah jiwa
membangkitkan sesuatu yang lama kupendam tanpa suara
Tak ada pelangi, hanya langit yang jujur
dan bau tanah yang tiba-tiba begitu syukur
Kau basahi hatiku yang hampir mati
seperti mengingatkan: harapan tak pernah pergi
Hujan pertamaku—kau tak deras, tak deras sama sekali
tapi cukup untuk membuatku percaya sekali lagi
Bahwa setelah kemarau yang memeluk terlalu erat
masih ada yang datang tanpa diminta, namun sangat tepat
Tetaplah, meski sebentar
karena tak semua keindahan harus lama tuk jadi benar
Aku akan mengingatmu
sebagai awal dari segala yang dulu kupikir tak akan ada lagi
cinta yang tumbuh… dari sepi