Wildani Yanti Pulungan
Alumni Student Literacy Camp (SLC) 2024
Film horor Indonesia sering kali mengambil inspirasi dari unsur agama dalam merangkai alur ceritanya. Sebagai contoh, film “Makmum” menyoroti gangguan roh jahat yang terjadi saat melaksanakan sholat. Ini memunculkan beragam pandangan pro dan kontra. Dari satu sudut pandang, film tersebut dapat dianggap sebagai pengingat akan pentingnya khusyuk dalam ibadah, menguatkan keyakinan bahwa dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT, gangguan supranatural dapat diatasi. Namun, ada pula yang merasa film semacam ini dapat menimbulkan kecemasan, bahkan mengganggu ibadah mereka.
Pertanyaan muncul mengapa tema agama Islam sering kali diangkat dalam film horor di Indonesia, mengingat mayoritas penduduknya adalah muslim. Hal ini mungkin karena agama Islam merupakan bagian integral dari budaya dan identitas Indonesia. Namun, penerapan tema ini juga memunculkan ketakutan yang tak perlu dalam melakukan ibadah, terutama bagi penonton yang belum mampu memfilter pemahamannya.
Kontroversi juga timbul terkait pandangan terhadap gangguan spiritual dalam konteks agama. Ada yang percaya bahwa kehadiran arwah bisa membawa pesan yang belum terselesaikan, namun ada pula yang menolak konsep tersebut dengan alasan arwah sudah berada di alam barzah.
Sebagai penikmat film, saya percaya bahwa film horor seharusnya tidak terlalu bergantung pada unsur agama. Ketakutan yang bersumber dari aspek keagamaan dapat memiliki dampak psikologis yang signifikan, bahkan merugikan bagi beberapa penonton. Oleh karena itu, sutradara dan penulis skenario memiliki tanggung jawab besar untuk menemukan keseimbangan antara hiburan dan penghormatan terhadap nilai-nilai agama. Penggunaan unsur religi dalam film harus dilakukan dengan hati-hati, memperhatikan sensitivitas budaya dan agama penonton. Dengan demikian, sebuah film horor dapat menjadi karya yang menarik sekaligus menghormati nilai-nilai yang ada.