Penulis: Johan Septian Putra (Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Suarakampus.com- Beberapa hari ke belakang, ada istilah yang populer disampaikan oleh salah satu tokoh publik di Indonesia, yakni “kepak sayap kebhinekaan”. Istilah tersebut sebenarnya sudah sering disampaikan oleh beberapa tokoh pejabat publik, termasuk para presiden terdahulu di Republik Indonesia. Namun, sebenarnya istilah-istilah seruan atau ajakan bahkan perintah agar bagi masyarakat suatu negara agar bersatu padu yang terdiri dalam berbagai latar belakang budaya, agama, ras, suku dan lainnya; sudah ada semenjak Islam hadir ke dunia yang penuh perbedaan ini.
Kita bebicara tentang Indonesia yang merupakan sebuah negeri yang luar biasa dan tiada duanya dengan negara-negara lainnya. Mengapa demikian? Karena Indonesia merupakan negara kaya dengan berbagai macam budaya, bahasa, suku, ras, bangsa, dan agama yang berada dalam satu negara atau istilah populernya “Bhinneka Tunggal Ika” artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Pada aspek keberagaman bahasa, misalnya ada bahasa: Batak, Melayu, Aceh, Minang, Sunda, Jawa dan lain sebagainya. Aspek keberagaman suku: Batak, Mandailing, Minangkabau, Jawa, Melayu dan lainnya. Selanjutnya adalah yang paling fenomenal adalah pada sisi keberagaman agama, yakni: Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Chu. Semua aneka ragam itu ada pada negeri Indonesia tercinta.
Pembahasan pada kali ini, bukanlah akan menkaitkan pada seluruh macam-macam perbedaan yang disebutkan di atas. Akan tetapi yang akan dibahas pada sisi yang lebih menarik pada agama yang mayoritas di Indonesia yaitu agama Islam yang dianut oleh masyarakatnya. Islam menyebar hampir ke seluruh penjuru permukaan bumi Nusantara, mulai dari Aceh sampai ke Irian Jaya (Papua). Islam memang menyebar sejak masa dahulu, sampai sekarang oleh para pendakwah yang memiliki semangat juang agar masyarakat dunia bisa menikmati indahnya Islam.
Islam di Indonesia, ada pada seluruh provinsi yang ada. Mulai dari sabang sampai merauke, perlu untuk diketahui, di samping mereka memiliki agama yang sama, di samping itu pula mereka antara sesama memiliki keberagaman suku, budaya, ras, dan bahasa yang hampir jauh berbeda. Ini merupakan fenomena yang luar biasa, yang mana negeri seperti Indonesia memiliki keberagaman yang super majemuk. Sedangkan negeri-negeri yang lain di luar Indonesia, tidak ada satu pun yang seperti Indonesia.
Perbedaan itu tidaklah mengurangi jiwa bersatu antara mereka satu sama lain, hanya karena dua faktor persatuan itu terjadi, pertama faktor agama dan yang kedua faktor nasionalisme. Agama adalah satu-satunya pokok bahasan yang sentral bagi kalangan umum, karena agama di Indonesia wajib dianut oleh masyarakatnya, tidak ada satu orang pun yang diperkenankan tidak punya agama. Nasionalisme juga harus dimiliki oleh masyarakatnya, karena itu memang faktor utama persatuan persaudaraan ummat Islam dan umat beragama di Indonesia.
Agama Islam sebagai agama ‘rahmat’ atau kasih sayang bagi seluruh alam berserta isinya sudah membahas ini semenjak 1400-an tahun yang lalu saat peristiwa Fathul Makkah atau “Penaklukan Mekkah” pada 20 Ramadhan tahun 8 H/ 624 M. Peristiwa ini dijelaskan dalam buku Sirah Nabawiyah, dari Syaikh Shaiyurrahman al-Mubarakfuri di halaman 493, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “wahai semua Qurays, sesungguhnya Allah telah mengenyahkan kesombongan jahiliyah dan pengagungan terhadap nenek moyang.
Manusia berasal dari Adam dan Adam berasal dari tanah”, kemudian Beliau membacakan surah Al-Hujurat ayat 13, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, artinya:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍۢ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًۭا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌۭ
Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha mengetahui, Maha teliti”.
Ayat di atas memberikan kesadaran serta anjuran kepada seluruh manusia, tak terkecuali umat Islam juga agar saling mengenal satu sama lain siapa saja yang ada di muka bumi ini, tanpa memandang dari mana suku, ras, bangsa walaupun berada jauh dari negerinya sendiri. Semua itu, tidaklah bentuk halangan bagi masyarakat Islam untuk mampu bersatu padu yang pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang pastinya akan membutuhkan bantuan orang lain, jikalau terjadi kepadanya suatu hal yang tak diinginkan atau biasa disebut orang pada umumnya berupa kecelakaan maupun musibah yang menimpa insan tersebut.
Perbedaan beraneka ragam yang ada di Indonesia adalah suatu anugrah dari Allah Subhanahu wa ta’ala terhadap negeri ini. Perbedaan itu tidaklah akan membuat kita merasa berbeda, karena hakikatnya pula manusia dengan manusia yang lainnya sama dihadapan Allah, sudah seyogyanya apatisme dalam sosial-budaya tidak ada lagi arogansi terhadap yang lainnya, terlebih lagi primordialisme atau berbangga-banggaan dalam suku atau ras tertentu harus dibuang jauh-jauh.
Dengan demikian sudah jelas, seruan dan ajakan bahkan perintah untuk bersatu tanpa ada membeda-bedakan antara satu sama lain, sudah ada semenjak Islam hadir ke dunia. Begitu pula dengan hadirnya Islam ke Indonesia, setidaknya slogan mengepakkan sayap kebhinekaan bisa dimulai dari masyarakat Islam Indonesia sendiri sebagai role model atau kontributor dan bisa jadi inspirator bagi pemeluk agama lain dalam upaya mengepakkan sayap kebhinekaan.
*) Opini kolumnis ini adalah tanggung jawab penulis seperti tertera, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi suarakampus.com.