Suarakampus.com– Bicara seputar pendidikan dan suara masa depan di Kota Padang, komunitas Distrik berisik mengadakan diskusi bersama para pemuda. Kegiatan tersebut diadakan di Singgah Cofee, Minggu (29/10).
Selaku Presiden Distrik berisik, Rian Fahardhi mengatakan bahwa yang akan mewakili suara kita hari ini, ialah diri kita sendiri. “Maksudnya di sini, kalau kita tidak berani muncul, kita tidak akan menjadi subjek,” ucapnya.
Ia menyampaikan, bahwa suara pemuda hari ini ialah penentu yang sebenarnya untuk masa depan, di mana perannya tidak hanya sekedar tunjuk tangan, tetapi turun tangan menyelesaikan permasalahan. “Semua harus nampak secara nyata dan menunjukkan kepedulian,” ujar pemuda yang dijuluki presiden gen z itu.
Selaku ketua Padang Creative City Forum, Ahmad Hafiz mengungkapkan bahwa jika ingin menguasai peradaban kita perlu mengembalikan peradilan ilmu pengetahuan. “Dalam al-Qur’an tertulis bahwa ilmu pengetahuan adalah sumber peradaban,” katanya.
Selaku penggiat sosial, Sarah Azmi menuturkan harus bersikap hati hati dan waspada terhadap hal politik hari ini. “Teman teman harus selektif, harus menghadirkan solusi, apakah mereka pantas untuk kembali ke rakyat,” sebutnya.
Senada dengan itu, CEO Solok Muda, Khairul Mufaddal menjelaskan bahwa kita harus fokus kepada gerakan manusia dan sosial termasuk gerakan esok hari. “Hari ini kita munculkan ke publik untuk melakukan aksi-aksi,” sampainya.
“Sebenarnya kita juga hadir bagaimana memperhatikan lingkungan, memperhatikan pendidikan, dan peduli hal sekitar kita. Dengan hadirnya distrik, kami seperti reunian membahas isu yang sedang terjadi hari ini,” ujarnya.
Kendati demikian, Founder Mahardika Mengajar, Ghufron Akbari Wardana mengatakan semua ini berawal dari keresahan pribadi waktu pandemi. “Kami melihat kondisi ilmu pengetahuan mulai menurun sejak pandemi covid,” ujarnya.
Kemudian, dari pemikiran itu mereka kembangkan menjadi diskusi berupa mengajar aksi nyata. “Kami menemukan di kampung sarik Alahan tiga, masih orang orang tidak punya akses internet,” katanya
“Hingga kami membuat komunitas surau mengajar, karena kami kembalikan fungsi surau sebagai pusat pendidikan tidak hanya ibadah saja. Kegiatan dilaksanakan di surau, dibikin bimbel serta tugas kepada anak-anak,” ujarnya.
Selain itu, Efek dari sosial media, ngepost kegiatan, dan akhirnya banyak orang yang ingin ikut mengajar. Setelah banyaknya peminat, barulah dirumuskan komunitas Mahardhika muda dan lebih spesifiknya Mahardhika mengajar ini. “Kabar baiknya Ada emosional yang kita bangun akhirnya masyarakat menerima kegiatan seperti ini,” tuturnya.
Kemudian, Narasi tentang politik itu sudah menggeliat di tahun 2024. Tetapi narasi tentang pendidikan itu masih kurang. “Media mempunyai pengaruh yang kuat dalam apa yang kita bicarakan saat ini,” ungkapnya.
Harapannya, supaya narasi tentang pendidikan tidak tertimbun oleh narasi politik lainnya. Dengan adanya diskusi berisik ini semoga makin berisik. “Jangan berisik di kota besar saja, sebagaimana Mahardhika juga ikut terjun ke daerah terdalam,” tutupnya. (una)
Wartawan: Febrian Hidayat dan Januarica Amora Putri