Suarakampus.com- Dissociative Identity Disorder (DID) biasa dikenal dengan kepribadian ganda. Kepribadian ganda adalah suatu kondisi ketika seseorang memiliki lebih dari satu kepribadian, DID sering disamakan dengan skizofrenia namun sejatinya keduanya tidak sama. Seorang penderita skizofrenia hanya masuk dalam dunia halusinasi dan tidak memiliki kepribadian ganda. Namun walaupun demikian, keduanya bisa mendorong penderita melakukan tindakan bunuh diri.
Dilansir dari alodokter.com hingga saat ini belum ditemukan penyebab pasti seseorang menderita DID. Namun dari sejumlah penelitian ditemukan fakta bahwa seorang penderita DID memiliki pengalaman traumatis berulang-ulang ketika masih kecil. Adapun pengalaman traumatis berbentuk penganiayaan atau penyiksaan, pelecehan secara fisik dan emosional, menanamkan pola asuh membuat anak menjadi takut, peperangan, dan bencana alam. Selain karena memiliki pengalaman traumatis, seorang yang memiliki riwayat keluarga penderita DID cenderung mendapatkannya.
Penderita DID kadang tidak akan menyadari bahwa ia mengalami hal tersebut, adapun gejalanya merasa dirasuki ketika mengalami pergantian kepribadian layaknya orang yang sedang kesurupan. Kepribadian yang banyak muncul merupakan bentuk respons adaptif ketika seseorang merasa terancam, rasa sakit, ketakutan, dan trauma yang luar biasa. Hal ini seperti bentuk pertahanan diri.
Kepribadian yang terdapat di dalam tubuh penderita DID akan memiliki identitas, tingkah laku, kebiasaan, dan keahlian yang berbeda satu sama lainnya. Masing-masing dari kepribadian dapat mengambil alih tubuh tempat mereka tinggal, seorang penderita akan merasakan ada orang lain yang hidup di tubuhnya.
Tanda-tanda lain yang dimiliki oleh penderita DID yaitu mengalami penyimpangan ingatan, merasa asing dengan orang-orang sekitar, mengalami gangguan psikologis, dan mengalami depersonalisasi atau tidak berdaya ketika kepribadian lain mengambil alih tubuhnya.
Langkah terbaik untuk memastikan seseorang menderita DID atau bukan dengan memeriksakannya kepada ahli kejiwaan atau psikiater dan hindari melakukan tindakan mendiagnosis diri sendiri hanya dengan melihat atau membaca sebuah artikel. Karena tindakan ini akan berefek buruk pada kesehatan mental.
Penulis: Rayhan Meldi (Mg)