Suarakampus.com– Berita bohong atau sering disebut hoax acap kali berseliweran di media sosial dengan mengeksplorasikan berbagai macam cara, dan tak jarang kerap mendapat kepercayaan masyarakat awam. Kendati demikian, Pemimpin Redaksi Solopos Rini Yustiningsih memiliki solusi efektif untuk meminimalisir berita hoax.
Ia menjelaskan, defisit data menjadi trend di era pandemi, bermula dari sebuah pertanyaan pada media sosial oleh seorang influencer dan berkembang menjadi komen-komen di berbagai media masa.
“Seorang influencer misalnya mengatakan vaksin bisa menganggu siklus menstruasi, kemudian pertanyaan ini berkembang dan dipercayai tanpa ada verifikasi,” katanya saat menyampaikan materi pada Pelatihan Online Cek Fakta, Sabtu (04/06).
Kemudian, kata dia, sama halnya dengan seseorang yang bisa memanipulasi berita dengan mencurinya dari situs lain atau memiliki kemiripan dengan situs media mainstream. “Orang awam cenderung tidak mengecek Uniform Resource Locators (URL) dan langsung menyebarkannya ke grup WhatsApp, sehingga termakan isu hoax,” katanya.
Selain itu, Rini Yustiningsih menegaskan cara menghindari hoax bisa dilakukan dengan menelusuri website yang ada.”Berhati-hati terhadap judul sensasional dan baca sampai selesai, waspadai postingan media sosial tanpa alamat yang lengkap,” tegasnya.
Ia juga bandingkan ciri-ciri yang menjadi pakem khas jurnalistik di media mainstream dengan pengecekan situs media arus utama, lalu perhatiakan detail visual ketika melakukan pengecekan foto maupun video. “Perlu ditelusuri konten asli itu seperti apa, maka kita akan menghindar miss information,” terangnya. (nsa)
Wartawan: Ulfa Desnawati