Oleh : Sofi Asri
(Mahasiswa Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi)
Angin begitu ribut diluar
Hujan menetes tanpa henti
Tinta di tanganku hampir memudar
Senyuman kala itu tak lagi mekar
Ada sesak yang memenuhi dadaku
Mencoba memandang lewat sela jendela
Menunggu cahaya lampu sepeda 90-an itu
Menerobos derasnya hujan
Tapi, tak kunjung ku lihat hadirnya
Gelisah terselubung erat di pikirkanku
Aku menunggumu tanpa syarat
Aku ingin melihat mu pulang tanpa hambatan
Namun, sosok mu tak kunjung datang mendekat
Kini, tintaku habis sebelum tulisan ini usai
Ada dering dari gawai yang masuk membawa kabar
Detak jantung ku kian berdebar
Sontak terdiam, naluri ku benar, aku tak bisa lagi berjumpa dengan tuan
Anila terbangkan rinduku
Hujan basuh airmataku
Malam jadi saksi bisu
Aku harus merelakan mu