Rasulullah, Sosok Teladan untuk Keluar dari Zona Nyaman

Owner Rumah Belajar Al-Fajr, Fajar Sukma tengah menyampaikan materi pada kajian UKM Kajian Studi Islam (KSI) Ulul Albab UIN IB (Sumber: Febrian/suarakampus.com)

Suarakampus.com- Owner Rumah Belajar Al-Fajr, Fajar Sukma mengatakan, seseorang mesti bisa keluar dari zona nyaman jika menginginkan kesuksesan baik di dunia maupun akhirat. Hal tersebut, kata dia, bisa diambil dari perjalanan kehidupan Rasulullah.

Fajar Sukma menjelaskan, Rasulullah wajib dijadikan teladan karena bisa bangkit dari pahitnya hidup, semenjak dalam kandungan ibunya, Aminah binti Wahab. Katanya, Rasullulah harus menjadi anak yatim sebab ditinggal wafat ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib.

Selanjutnya, ketika Rasulullah berusia enam tahun saat menziarahi makam Abdullah bin Abdul Muthalib bersama ibunya di Yastrib (sekarang Madinah), saat perjalanan pulang Aminah binti Wahab jatuh sakit dan akhirnya wafat di perkampungan Al-Abwa, suatu daerah antara Mekkah dan Madinah.

“Rasulullah melihat sendiri ibunya meninggal dunia dan menguburkan jenazah Aminah binti Wahab dengan tangannya sendiri,” terangnya saat menyampaikan materi pada kajian UKM Kajian Studi Islam (KSI) Ulul Albab UIN Imam Bonjol Padang, Kamis (10/11).

Katanya, kesedihan Rasulullah kembali berlangsung, sebab setelah Aminah binti Wahab wafat maka Rasulullah dirawat kakeknya bernama Abdul Muthalib selama dua tahun sampai menginjak usia delapan tahun.

“Setelah ibu Rasulullah wafat, tidak berselang lama dua tahun kemudian disusul oleh kakeknya,” terang lulusan terbaik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (Febi) 2018 UIN IB itu.

Fajar bilang, karena masih berusia muda akhirnya Rasulullah diasuh pamannya dari pihak ayah, Abu Thalib bersama istrinya Fatimah binti Asad dengan penuh kasih sayang. Kata dia, dalam pengasuhan pamannya, Rasulullah belajar mengembala kambing dan berdagang. “Semasa berdagang Rasulullah dikenal tidak pernah berbohong hingga dijuluki sebagai Al-Amin yang berarti jujur dan dapat dipercaya,” jelasnya.

Kata dia, semua kesedihan yang pernah dirasakan Rasulullah karena menjadi anak yatim piatu, Allah Subhanahu Wa Ta’ala balas dengan menurunkan surah Adh-Dhuha. Di mana melarang berbuat buruk kepada anak yatim dan orang-orang meminta-minta. “Dalam surah tersebut Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan mencukupi dan melindungi anak yatim,” terangnya.

Sehingga, Fajar menuturkan, generasi milenial harus bisa keluar dari zona nyaman yang diciptakan diri sendiri, untuk memajukan bangsa dan negara. “Kalau kita ingin menjadi hebat jangan lari dari masalah, karena pemimpin yang berani itu adalah orang yang bertanggung jawab,”tuturnya. (red)

Wartawan: Ahmad Roihan (Mg), Huurrum Nur Muharom (Mg) dan Muhammad Zul Pitra (Mg).

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Aku, Kau dan Malam

Next Post

Imperialisme Hawa Nafsu

Related Posts
Total
0
Share