Suarakampus.com- Tanggapan Pakar Hukum Islam UIN IB Padang Ikhwan Matondang, mengenai penayangan running text azan magrib di televisi di saat ibadah misa akbar umat Katolik pada 5 Desember 2024. Ia mengatakan itu bentuk toleransi.

“Tidak ada masalah karena azan itu tidak wajib di televisi, itu hanya kebiasaan selama ini mengingatkan orang untuk sholat,” ungkapnya.

Lalu, ia menyampaikan umat Katolik akan mengadakan misa akbar di Gelora Bung Karno (GBK), tetapi kapasitas GBK tidak cukup. “Saudara dari umat beragama Katolik tidak tertampung, sehingga nanti banyak mereka yang akan menyaksikan lewat siaran langsung,” paparnya.

Kemudian, kata dia sebagai umat Islam yang toleran, apalagi sebagai bangsa moderat berjiwa pancasila meski menghargai saudara berbeda agama. , “Kita sebangsa dan sama-sama manusia, dengan kelapangan hati berikan mereka menonton siaran langsung di GBK tidak terputus oleh azan,” jelasnya.

Ia menjelaskan, lantaran adanya selingan azan sekitar tiga menit itu akan memutus penayangan di GBK. “Bagaimana nanti itu pidato misanya paus, atau kegiatan lain, sehingga nanti tidak utuh menyaksikannya,” katanya.

Lanjutnya, ini adalah salah satu bentuk toleransi. “Pemimpin Katolik datang kita harus mau mundur sedikit, hanya dengan mengganti azan menjadi running text,” jelasnya.

Kata dia running text tidak merugikan hukum Islam itu sendiri tentang ibadah. “Fungsi azan di televisi bukan azan yang disyariatkan, itu hanyalah tambahan saja,” terangnya.

Ia menuturkan, dalam keagaaman harus difikirkan dengan hati yang lapang dan jernih. “Jangan dengan emosi yang justru akan menunjukkan kekerdilan sikap sebagai umat muslim,” tutupnya. (hkm)

Wartawan: Miftahul Rahman