Sengkarut Kuliah Daring, Sistem Perkuliahan Semester Depan Belum Ditetapkan

Suarakampus.com- Pelaksanaan perkuliahan dalam jaringan (daring) di Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol dinilai tidak berjalan maksimal. Masalah yang dihadapi beragam, mulai dari tidak memadainya perangkat penunjang kuliah daring hingga mekanisme perkuliahan yang tidak efektif.

Berdasarkan temuan di lapangan, media yang paling banyak digunakan dalam perkuliahan online adalah WhatsApp grup. Sehingga hal itu mengakibatkan minimnya interaksi antara dosen dengan mahasiswa. 

“Seharusnya kalau ingin transfer ilmunya maksimal harus pakai zoom atau sejenisnya, sehingga kita dapat menyimak dosen memaparkan materi layaknya sebuah acara webinar,” kata salah seorang mahasiswa Fakultas Syari’ah yang tidak ingin disebutkan namanya kepada suarakampus.com.

Selama melaksanakan perkuliahan daring, katanya, hampir semua mata kuliah diampu oleh dosen menggunakan WhatsApp grup. Bahkan secara keseluruhan dosen tidak terlalu aktif dalam memberikan materi perkuliahan.

“Terkadang miris gitu, uang kuliah tetap bayar tetapi perkuliahan terkesan tidak serius. Kadang ada dosen yang menyerahkan diskusi kepada mahasiswa sepenuhnya di WhatsApp grup tanpa dibimbing sama sekali, dan itu sangat tidak efektif,” katanya.

Hingga tulisan ini dimuat, terhitung hampir sembilan bulan atau satu semester lebih perkuliahan dilaksanakan secara daring di UIN Imam Bonjol Padang. Seperti kampus-kampus lain, perkuliahan daring yang tidak didukung penguasaan teknologi informasi mengalami kendala serupa, yakni proses perkuliahan yang tidak efektif.

Mahasiswa Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora (FAH) Fauzil, mengatakan perkuliahan daring tidak memenuhi kebutuhan mahasiswa. “Selama perkuliahan daring tidak ada ilmu yang benar-benar dipahami, referensi dan sinyal juga sulit,” katanya.

Dosen Fakultas Syari’ah, Fadli Ahmad mengatakan tidak efektifnya perkuliahan daring disebabkan penggunaan media tidak memenuhi kebutuhan mahasiswa. Hal itu ditambah lagi dengan kendala jaringan yang makin memperburuk proses perkuliahan daring.

“Kurang cakapnya penggunaan teknologi dan sinyal mahasiswa yang tidak bagus menjadikan pembelajaran sangat tidak efektif,” kata Fadli, Selasa (29/12).

Sementara itu, Pengajar Bahasa Inggris di Fakultas Syariah, Yessy Marzona, mengatakan bahwa dosen dituntut untuk lebih inovatif dalam melaksanakan perkuliahan. “Saya telah mencoba berbagai platform, dan YouTube adalah media yang cukup interaktif,” katanya.

Namun, terlepas dari itu, menurut Yessy kendala terbesar yang dihadapi terletak pada akses internet yang tidak memadai bagi mahasiswa. “Semenarik dan semudah apapun akses media yang disajikan, tetap ada keluhan dari mahasiswa akan jaringan dan sulitnya keuangan hingga tidak bisa membeli kuota,” katanya.

Masih Menunggu Kepastian

Sehubungan dengan itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menegaskan bahwa izin kegiatan pembelajaran tatap muka di perguruan tinggi pada semester genap Tahun Akademik 2020/2021 dapat dilakukan secara campuran (hybrid learning), dalam jaringan, dan tatap muka, dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Hal itu merujuk Surat Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Menteri Agama (Menag), Menteri Kesehatan (Menkes), dan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran 2020/2021 di Masa Pandemi Covid-19.

Menanggapi hal di atas, Wakil Rektor I Bidang Akademi Hetty Waluaty belum bisa memberi kepastian tentang perkuliahan di semester depan. “Bagaimana pelaksanaan kuliah semester depan belum dibahas dengan pimpinan,” katanya. (ndt)

Wartawan: Firga dan Nada Andini (Mg)

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

UKM Musik Kampus Resmi Kukuhkan 13 Anggota Baru

Next Post

Begini Keuntungan Aktif di Lembaga Pers Mahasiswa

Related Posts
Total
0
Share
Checking your browser before accessing...