Suarakampus.com- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) tetapkan Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) sebagai sistem Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) tahun 2023. Seleksi tersebut tidak lagi mengedepankan tes mata pelajaran, tetapi lebih berfokus pada tes skolastik.
Adapun tes skolastik dalam seleksi itu mengukur potensi kognitif, penalaran matematika, literasi dalam bahasa Indonesia, dan literasi dalam bahasa Inggris. Ketentuan ini menuai pro dan kontra di kalangan siswa atau calon mahasiswa yang ingin masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN), karena tes tersebut lebih mengutamakan kemampuan penalaran ketimbang teknik hafalan.
Seperti halnya dengan salah seorang murid dari Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Payakumbuh, Ilham yang menilai sistem SNBT sangat menguntungkan bagi siswa, karena hanya mengandalkan penalaran bukan hafalan yang menyulitkan sebagian besar siswa. “Setiap orang sudut pandangnya berbeda-beda, tes penalaran lebih memudahkan siswa tentunya,” ujarnya, Jumat (06/01).
Namun demikian, Ilham juga menuturkan kerugian siswa dalam tes tersebut. Katanya, siswa yang menyukai teknik hafalan akan kesusahan saat menjawab soal secara spontan (nalar) karena hanya terpaku pada materi yang dihafal.
“Mereka yang menyiapkan materi sebelum tes akan susah menjawab soal karena ketergantungan pada materi yang dihafal,” jelasnya.
Berbeda dengan salah seorang siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Payakumbuh, Syifa yang mengungkapkan kebahagiaannya saat Tes Kemampuan Akademik (TKA) oleh SNPMB berubah menjadi SNBT. Ia menyebut, sistem tersebut sangat menguntungkan baginya karena memberi peluang kelulusan yang lebih dibandingkan dengan sistem hafalan.
“Bagi saya yang suka berfikir menjawab soal secara nalar tentu senang dengan sistem ini,” ucap salah seorang pejuang Gapyear dari MAN 2 Payakumbuh itu.
Sama halnya dengan Mahasiswa Airlangga Surabaya yang lolos dalam UTBK-SBMPTN 2022 lalu, Siti Nurhaliza menyampaikan SNBT sangat mempermudah siswa dalam mengatur waktu belajar ketimbang sistem TKA tahun lalu. “Materi yang diuji tidak sebanyak SBMPTN tahun kemarin, sehingga hasilnya akan lebih optimal,” paparnya.
Kemudian, SNBT memiliki resiko tersendiri dalam pelaksanaannya. Menurutnya, jika sistem TKA dihapuskan, akan banyak muncul spekulasi bahwa SNBT adalah tes seleksi yang mudah serta dapat memperbesar angka persaingan untuk tes selanjutnya.
“SNBT ini juga menyebabkan ketatnya persaingan untuk UTBK-SNBT mendatang, karna pasti banyak pendaftar yang berlomba-lomba mengikuti tes ini,” tambah Siti. (hry)
Wartawan: Nailul Rahmi (Mg)