Oleh: Nur ‘Azizah Yunara Putri
(Mahasiswi UIN Imam Bonjol Padang)
Profesi guru merupakan profesi yang terus berkembang. Pemikiran tentang profesi guru kerap kali diperbincangkan. Bagi seorang guru, pengetahuan tentang profesi keguruan harus benar-benar dimiliki untuk dapat meningkatkan profesionalitas dalam melaksanakan tugas.
Perkembangan profesi keguruan tentunya harus melihat perkembangan era yang terus berkembang di tengah kehidupan manusia. Dengan perkembangan zaman ini, menuntut guru harus menyadari tantangan-tantangan yang ada, khususnya di era yang sudah serba digital seperti saat ini.
Tantangan akan selalu ada seiring dengan perkembangan zaman, dan seorang guru harus bisa menjawab tantangan yang ada. Hal tersebut tentunya akan berdampak positif atau menambah nilai manfaat bagi perkembangan pendidikan di Indonesia.
Di era yang serba digital ini, tantangan guru pun semakin beragam. Meski demikian, tentunya harus menyesuaikan cara mengajar dengan kebutuhan generasi anak bangsa dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Pada era modern sekarang, seorang pendidik dituntut untuk memiliki kompetensi digital mengikuti perkembangan zaman. Dimana guru dihadapkan pada masalah digitalisasi yang tidak semua guru menguasai teknologi yang terus berkembang.
Hal inilah yang menjadi tantangan besar bagi seorang guru untuk mencerdaskan anak bangsa, agar mampu menjawab tantangan zaman tersebut. Namun, pertanyaannya apa saja tantangan besar tersebut? yuk kita bahas.
Dilansir dari republika.co.id ada dua tantangan seorang guru di era digital yaitu:
Murid Millenial
Yang menjadin permasalahan kolektif dunia pendidikan kita saat ini adalah, banyak anak peserta didik saat ini lebih cerdas dalam dunia teknologi dari pada gurunya. Kesenjangan semacam ini tidak bisa dibiarkan begitu saja agar tidak berakibat fatal dalam proses pendidikan.
Munculnya media komunikasi yang tidak hanya berbasis pesan dan audio menjadi candu bagi anak-anak muda sekarang. Terlebih lagi sebuah aplikasi komunikasi yang dilengkapi dengan media audio visual.
Tak sedikit dari anak didik bangsa ini memperlihatkan gambar amoral, yang menurut mereka merupakan sesuatu yang tren. Ironisnya, guru tidak mengetahui apa yang dilakukan anak didiknya karena tidak memiliki aplikasi serupa.
Ini adalah sebuah masalah yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Lewat salah satu aplikasi yang paling digemari, anak remaja hari ini berlomba-lomba mempertontonkan foto-foto mereka yang paling bergengsi.
Tidak hanya itu, mudahnya anak dalam mengakses internet sehingga melihat berbagai video kekerasan maka potensi melakukannya akan lebih besar. Apalagi anak itu cenderung melakukan apa yang dilihat dan apa yang didengar.
Melek Teknologi
Kualitas guru yang hampa akan teknologi tidak akan mampu menanamkan daya kritis kepada murid untuk menjadi manusia revolusioner, sehingga mereka terhambat untuk menggali potensi dirinya.
Di mana pun dan kapan pun seorang guru harus lebih pintar daripada muridnya. Guru tidak boleh gaptek (gagap teknologi) dan harus selalu memotivasi dirinya dalam dunia teknologi.
Guru merupakan tempat berpijak murid, jika guru tidak ada keinginan untuk meningkatkan potensi dirinya. Hal tersebut sudah pasti guru akan kalah dari tingkat keilmuan muridnya, mengingat sumber belajar saat ini sudah betebaran di dunia maya setiap detiknya.
Ketika siswa memiliki akun di media sosial, tak ada salahnya guru juga memilikinya, bahkan disarankan untuk saling berteman. Selain sebagai wadah untuk belajar, media komunikasi, dan penyebaran informasi, keberadaan guru juga sebagai pengawas aktivitas anak didik ketika berselancar di dunia maya.
Dalam hal ini, guru harus mengetahui bahasa yang sering digunakan oleh mereka. Terkadang dalam bahasa yang mereka gunakan terselip unsur-unsur yang mengrah kepada tindakan-tindakan yang tak berbahaya.
Padang, 30 Januari 2023