Oleh: Yuli Warni
(Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam)
Ketika mendengar kata kecanduan, kebanyakan orang langsung membayangkan narkoba atau zat berbahaya lainnya. Namun, tahukah kita bahwa ada bentuk kecanduan lain yang diam-diam menggerogoti kehidupan sehari-hari? Tanpa disadari, banyak dari kita mungkin sedang terjebak dalam kecanduan non-narkoba yang dampaknya tak kalah serius.
Misalnya, kecanduan media sosial. Bayangkan berapa kali sehari kita membuka ponsel hanya untuk cek notifikasi tetapi akhirnya menghabiskan waktu berjam-jam scrolling tanpa arah. Atau kecanduan belanja, di mana kita sering membeli barang yang sebenarnya tidak perlu hanya karena tergoda diskon atau tren. Aktivitas ini terlihat sepele bahkan normal, tetapi bisa memengaruhi kesehatan mental, keuangan, dan hubungan sosial kita.
Kecanduan ini sering kali dipicu oleh kemajuan teknologi dan gaya hidup modern. Perusahaan teknologi misalnya merancang platform yang membuat kita sulit berhenti menggunakannya. Di sisi lain, budaya konsumerisme terus mendorong kita untuk selalu “butuh lebih” menciptakan ilusi bahwa kebahagiaan bisa dibeli.
Dampaknya nyata. Produktivitas menurun, stres meningkat, dan hubungan antarmanusia menjadi renggang. Kita semakin jauh dari momen nyata karena sibuk dengan dunia maya atau kepuasan sementara.
Solusinya? Kesadaran adalah kuncinya. Kita perlu mengenali pola kecanduan ini dan mulai mengambil langkah kecil untuk mengendalikannya, seperti membatasi waktu penggunaan gawai atau menetapkan anggaran belanja. Edukasi juga penting, agar masyarakat memahami bahwa kecanduan tidak selalu berhubungan dengan zat kimia, tetapi juga kebiasaan yang tampaknya biasa.
Kecanduan non-narkoba mungkin tidak mematikan seperti narkoba, tetapi tetap merusak kualitas hidup kita. Mari mulai waspada dan bijak dalam memilih apa yang benar-benar penting dalam hidup.