Tuanku Pembaca Titik Langit

Bulan Ramadan bulan yang kedatangannya ditunggu-tunggu oleh setiap umat Islam. Sebab, Ramadan bulan yang penuh keberkahan. Bicara soal kedatangan Ramadan, ada sebuah keahlian yang berperan penting di baliknya. Tanpa keahlian tersebut, umat Islam akan kesulitan menentukan kapan datangnya Ramadan. Yaitu keahlian astronomi atau biasa disebut ahli falak.

Rafni menyambut kami dengan seutas senyum saat menemuinya di ruang dosen Fakultas Syariah, Kamis (28/05) sore. Tanpa basa-basi, Rafni yang sudah tahu maksud dan tujuan kami, mulai bercerita tentang keahliannya. Belajar ilmu falak pertama kalinya ia jalani saat menempuh pendidikan di Fakultas Syariah IAIN Imam Bonjol Padang.  Ia terinspirasi mendalami keahlian ini dari Syeikh Muhammad Jamil Jambek yang seorang ulma besar.

  Mempunyai keahlian falak, ia sering dipercaya untuk memberikan pelatihan kepada pemuka agama tentang ilmu falak, terutama dalam menentukan awal masuknya Ramadan. Bahkan kata Rafni, dua hari sebelumnya,  ia memberikan pelatihan di Pesisir Selatan yang dihadiri berbagai pemuka agama terutama Muhammadiyah, Nahdatul Ulama dan Tarbiyah Islamiyah. “Bapak baru saja memberikan pelatihan dua hari yang lalu di Pesisir Selatan,” tuturnya kepada Suara Kampus.

Tuanku dari Pariaman ini mengaku termotivasi mempelajari ilmu falak, karena dengan ilmu falak seseorang bisa menuntun orang lain dalam beribadah. Pertama, dengan ilmu falak, melalui rukyah dan hisab bisa diketahui kapan awal masuk Ramadan. Sehingga saat waktu awal masuk Ramadan diketahui, umat Islam pun mulai bisa berpuasa. Dengan ilmu falak juga diketahui waktu sahur dan waktu berbuka. Berikutnya, penentuan Hari Raya juga menggunakan ilmu falak.

Selanjutnya, Rafni menjelasakan bahwa waktu salat yang lima waktu tidak akan diketahui secara pasti bila tidak menggunakan ilmu falak. Begitu juga halnya dengan penentuan arah kiblat. Hanya saja, untuk penentuan arah kiblat ini, harus pada tanggal dan jam tertentu serta perlu mematuhi beberapa tahapan.

“Dalam menentukan arah kiblat ada tiga cara yang perlu diperhatikan, yaitu dengan meletakan benda tegak lurus di lapangan terbuka. Jika arah bayangan benda tepat ke arah matahari, maka itu arah kiblat yang tepat. Tetapi harus sesuai dengan waktu yang tepat, pada tanggal 28 Mei pukul 16.18 WIB atau 16 Juli pukul 16.27 WIB. Sebab pada tanggal dan jam tersebut matahari tepat berada di puncak Kabah,” jelasnya.

Cara yang kedua dengan menggunakan busur sudut kiblat. Cara ini harus mengetahui sudut utara dan selatan pada suatu daerah. Kemudian segitiga sama kaki sudutnya diletakan tepat di titik koordinat di suatu daerah. Cara ini biasnya digunakan untuk daerah yang kurang pencahayaan matahari seperti Benua Eropa.

Cara terakhir ialah dengan mengunakan kompas. Namun menentukan arah kiblat menggunakan kompas ini kurang efektif, sebab kompas akan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Kalau hanya untuk sementara tidak masalah. “Jika untuk menentukan arah kiblat yang sifatnya abadi misal untuk membangun masjid jangan gunakan kompas, “tegasnya.

Bersahaja

Tiga belas tahun sudah Rafni berkecimpung di bidang ilmu falak. Maka, Rafni berencana untuk membuat gebrakan dengan menyusun sebuah buku hisab atau perhitungan pada awal bulan puasa. Dengan harapan, selama lima tahun ke depan semua umat Islam Indonesia akan serentak melaksanakan puasa Ramadan, baik Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Tarbiyah Islamiah bahkan semua organisasi masyarakat Islam yang ada di Indonesia. “Saya tidak akan memihak siapa pun, saya hanya beribadah dengan ilmu yang saya yakini selama ini,”paparnya.

Walaupun dalam dirinya tersimpan cita-cita mulia, tetapi di mata atasan tempat ia bekerjas dan mahasiswanya, Rafni dikenal sebagai sosok yang bersahaja. Sebagaimana diakui Ketua Jurusan Jinayah Siyasah Ridha Mulyani. Rafni bukanlah tipikal orang yang terlalu menonjolkan kelebihannya. Beliau lebih dikenal sebagai sosok yang rendah hati, pendiam, dan bersahaja. Terlihat dalam kesehariannya yang sederhana. “Rafni itu orangnya terlihat biasa-biasa saja, tidak menampilkan kesan bahwa ia seorang ahli,” ungkap Ridha yang juga rekan kerja Rafni, Kamis (25/05).

Padahal, kata Ridha, Rafni satu-satunya dosen yang diberi SK mengajar mata kuliah ilmu falak. Rafni juga salah satu ahli hilal di Sumatera Barat. Menjadi bagian dalam kategori ahli bukanlah suatu perkara mudah. Mengemban tugas besar dan harus dipertanggungjawabkan. Sebagai salah seorang ahli hilal di Suamatera Barat, Rafni bertugas menentukan kapan jatuhnya Ramadan dan melakukan hisab untuk  imsakiyah. Tugas tersebut bukanlah tugas yang mudah, harus penuh perhitungan dan dituntut mengerti tentang ilmu yang berkaitan dengan hal tersebut.

“Layaknya seorang ahli, Rafni tidak diragukan lagi kemempuannya dalam penentuan jadwal salat, arah kiblat dan rukyatul hilal pada awal bulan menjelang puasa. Namun, keahlian itu tidak menjadikannya sombong,” ungkapnya.

Salah seorang alumni IAIN Imam Bonjol Padang, Resti Wahyuni yang ketika itu dimintai pendapat oleh Suara Kampus, juga mengatakan bahwa Rafni tidak terlalu terpublis keahliannya, sehingga tidak banyak yang tahu bahwa sebenarnya ia seorang ahli ilmu falak. “Mengetahui ilmu falak ialah keahlian yang langka. Seperti melihat hilal saja, itu harus menggunakan sebuat alat supaya jelas dan tidak ada keraguan. Intinya orang yang ahli ilmu falak tentu harus paham Islam, karena beban yang ditopang penentu hilal itu berat. Salah-salah akan besar dampaknya dan banyak yang menjadi korban,” tanggapnya, Jumat (05/06).

Hal senada diungkapkan Zulfitna Sari, Mahasiswa Fakultas Ushuluddin. Tidak sembarang orang yang bisa menguasai ilmu falak. Memiliki dosen yang ahli adalah suatu kebanggaan bagi Zulfitna. “Saya baru tahu kalau Pak Rafni satu-satunya ahli falak di Sumatera Barat. Karena di kampus beliau terlihat biasa-biasa saja,” pungkas mahasiswi Perbandingan Agama ini.

Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Nur Asikin menuturkan tanggapan yang sama.   “Tidak menyangka bahwa Pak Rafni ahli hilal di Sumatera Barat. Waktu mengajar yang saya tahu Bapak itu terkesan sederhana saja, tidak terlalu memperlihatkan kelebihannya,” ungkap mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam ini.

Gigih dan Tegas

Di mata keluarga, Rafni dikenal sebagai sosok yang gigih. Terlihat dari kemauannya untuk terus mengajar dan melanjutkan kuliah S3 di Pasca Sarjana IAIN Imam Bonjol  Padang Jurusan Pendidikan Agama Islam, walaupun umurnya sudah cukup tua. Begitulah penuturan Fitra Mulyawan, anak sulung Rafni.

Selain untuk diri sendiri, ayah dari tiga anak ini juga memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Ia memiliki target untuk  membiayai semua pendidikan  anak-anaknya  hingga S2. Setelah selesai S2, barulah diserahkan kepada anaknya masing-masing, ingin melanjutkan atau tidak. “Alhamdulillah, kami tiga orang bersaudara, ketiganya menamatkan pendidikan sampai S2,” tutur Fitra, Jumat (05/06).

Dalam memimpin keluarga, lanjut Fitra, ayahnya sangat tegas. “Misalnya Bapak sejak anaknya kecil telah disuruh untuk salat. Apabila tidak salat maka akan diberikan hukuman,” kenang Dosen Sejarah Peradilan Islam ini.

Selain itu, Rafni mengajarkan anak-anaknya untuk berhemat menggunakan uang jajan sehari-hari. “Beliau mengajarkan agar kami menggunakan uang secukupnya,” tambah Fitra.

Fitra mengaku ayahnya adalah sosok kebanggaan keluarga karena keahliannya. Dengan keahlian ilmu falak, ia bisa mengabdikan dirinya kepada masyarakat. “Kami sebagai anak-anaknya selalu bangga kepada Bapak. Semoga Bapak dapat segera menyelesaikan pendidikan S3 nya,” harap tutup Dosen Fakultas Syariah ini.

Berani

  Menjadi seorang ahli falak, harus berani menghadapi tantangan. Baik tantangan untuk pertanggung jawaban atas hasil perhitungan, maupun tantangan untuk beberapa pertikaian yang terjadi antara beberapa ahli falak lainnya atau masyarakat, yang mungkin punya pandangan berbeda. Sebagaimana yang dahulunya beberapa kali terjadi di Indonesia. Penetapan awal masuk Ramadan diawali dengan pertikaian di beberapa daerah.

Rafni mengaku pernah mendapat pertentangan dari masyarakat di sebuah daerah yang masih mempercayai kitab yang dipercaya peninggalan nenek moyang penduduk setempat. Watak masyarakatnya terlalu fanatik dengan guru. Sementara pengetahuan yang dimiliki masih kurang dan tidak mudah menerima perkembangaan ilmu pengetahuan. “Itulah kendala yang masih membutuhkan solusi yaitu untuk mengatasi perbedaan cara pandang masyarakat,” terangnya.

Seharusnya masyrakat bersatu dan serentak mengikuti keyakinan yang telah teruji dengan ilmu pengetahuan yang ada. Menentukan awal Ramadan memang bukan pekerjaan mudah. Perlu ilmu tertentu untuk menjawab tanggal berapa dan hari apa awal melaksanakan ibadah puasa yang diwajibkan bagi umat Islam. Makanya harus ada kesamaan cara pandang antara ahli falak dengan masyarakat, agar hasil perhitungan bisa dipergunakan bersama-sama.

Akan tetapi, lanjutnya, pertikaian tersebut sudah mulai bisa diatasi. Tahun ini penentuan awal Ramadan dilaksanakan pada, Selasa 16 Juni 2015 tepatnya pada 29 Syaban, menjelang matahari terbenam. Hilal (bulan kecil) akan diamati di Bukit Lampu Bungus, persis di sebelah selatan Kota Padang. Kegiatan ini akan diikuti pemuka agama yang terdiri dari, Majelis Ulama Indonesia, Nahdatul Ulama, Badan Meteorologo Klimatologi dan Geofisika, Kakanwil Kemenag Provinsi Sumbar, Tarbiyah Islamiyah dan perwakilan IAIN Imam Bonjol Padang.

  “Semua akan terlibat saat rukyatul hilal nanti. Bapak sebagai tenaga ahli di Badan Hisab Ruyat Sumatera Barat akan memandu jalannya rukyatul hilal,” ujarnya. 

Curiculum Vitae

Nama                            : Drs. Rafni, M.Pd., MH

Tempat /Tanggal Lahir    : Pekandangan, 24 Agustus 1952

NIP                               : 1052082519810211001

Pangkat/GOL  : Pembina Utama Muda, (IV/c)

Jabatan Fungsional       : Lektor Kepala

Unit Kerja                     : Fakultas Syari’ah IAIN Imam Bonjol Padang

Riwayat Pendidikan

  1. Sekolah Dasar Pakandangan, 1965
  2. SLTP PGAN (4 Tahun) di Padusunan, 1969
  3. SLTA PGAN (6 Tahun) di Padusunan, 1971
  4. Sarjana Muda Fakultas Syari’ah IAIN Imam Bonjol Padang, 1978
  5. Program S.2 , Jurusan Adminitrasi Pendidikan di PPS UNP, 2000
  6. Program S.2 , Jurusan Hukum dan Tata Negara di PPS UNES Padang, 2011
  7. Program S.3 , Jurusan Pendidikan Islam di PPS IAIN Imam Bonjol Padang, dalam penyelesaian.

Karya Tulis

  1. Harta Suarang Ditinjau dari Hukum Islam, Padang : Hayfa Press, 2007 Ilmu Falaq I, Padang : Hayfa Press, 2010.
  2. Kebijakan Kabupaten Padang Pariaman tentang  Pendidikan Nonformal Padang : Hayfa Press, 2007
  3. Syairkah Menurut Prospektif Fiqh Muamalah, Majalah Jurnis, Jurnal Ilmiyah Syari’ah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Prof. Dr. Mahmud Yunus Batusangkar, Volume IV tahun 2005, ISSN 1412-6109.
  4. Disain Pembelajaran Ilmu Falak Dengan Memperbanyak Latihan, Majalah Ijtihad, Jurnal Ilmiah Fakultas Syari’ah IAIN IB Padang, Volume XIX, Nomer 3 tahun 2009, ISSN 1410-1505.
  5. Kaidah-kaidah Falakiyah, Majalah Al-Sakinah, Jurnal Ilmiyah Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syari’ah IAIN IB Padang, Volume VIII Nomer 2, tahun 2012, ISSN 1410-4687.
  6. Pandangan Hanafiyah Tentang Puasa, Majalah Ijtihad, Jurnal Ilmiyah Fakultas Syari’ah IAIN IB Padang, Volume X Nomer 2, tahun 2013, ISSN 1410-4687.
  7. Penentuan Awal Bulan Syawal Menurut Hisab dan Rakyat, Majalah Al-Sakinah, Jurnal Ilmiah Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syari’ah IAIN IB Padang, Volume XI Nomer I, tahun 2014, ISSN 1410-4687. 
Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Melangkahkan Nama IAIN ke-Nasional

Next Post

Sosok Dibalik Layar ‘Sisfo’/Zulfendri

Related Posts
Total
0
Share