Suarakampus.com- Winbaktianur paparkan cara berpikir kritis dalam menghadapi masalah dan menemukan solusi. Hal ini disampaikan dalam kegiatan peningkatan softskill mahasiswa, Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) tahun 2024, Kamis (07/03).
Winbaktianur selaku narasumber pertama menjelaskan, bahwa media sosial akan selalu mengalami perkembangan yang cepat dan dari perubahan tersebut, banyak informasi yang belum jelas kebenarannya hingga tersebarnya berita hoax. “Berita hoax itu bermacam-macam, bahkan tak jarang terjadi penipuan,” jelasnya.
Lanjutnya, ia menyampaikan, berpikir kritis merupakan cara berpikir kita yang jelas, rasional, terbuka, berdasarkan bukti dan fakta atas apa yang kita baca,dengar dan lihat. “Setiap orang bermacam macam isi pikirannya, jadi kita harus analisis setiap apa yang kita dengar dan yang kita lihat,” ucapnya.
Ia juga mengatakan, bahwa manfaat berpikir kritis bagi mahasiswa sangat banyak seperti bisa membantu memperoleh pengetahuan, mengemukakan pertanyaan dengan jelas dan menafsirkan informasi dengan efektif. “Kita sudah bergelar mahasiswa jadi berpikir kritis bisa mengkomunikasikan gagasan kita terhadap masalah yang ada,” katanya.
Kemudian, ia juga membahas tiga hal tentang what is critical thinking , yaitu kita harus menghafal, mengenali, serta mengingat.
“Hal ini merupakan proses untuk menarik kembali informasi yang tersimpan,” pungkasnya.
Ia menuturkan, bahwa setiap orang itu mempunyai kesempatan dan kemampuan yang relatif sama dalam menerima informasi. “Perbedaan mendasarnya adalah bagaimana mengolah informasi dan memberikan umpan balik,” tuturnya.
Di akhir materi, Ia memberikan wejangan agar mahasiswa banyak membaca, keluar dari zona nyaman, dan identifikasi prasangka diri. “Jangan hanya puas dengan berbekalan kuliah dari beasiswa, jangan pernah puas dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tinggi, dan berprasangka baiklah pada orang lain,” tutupnya. (rhm)
Wartawan: Siska Maharani (Mg)