Suarakampus.com- Warga keturunan India yang tinggal di kawasan Pasa Gadang, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat, punya tradisi lempar gula dari atap masjid. Mereka membagi-bagikan berton-ton gula pasir kepada warga sekitar dengan cara dilempar.
Pada tanggal 01 Jumadil Akhir merupakan hari yang dinanti warga keturunan India di Kota Padang Sumatra Barat. Setiap awal bulan Jumadil Akhir tersebut, mereka rutin melaksanakan festival budaya yang diberi nama “Serak Gulo”.
Acara Serak Gulo tersebut masuk dalam kalender event parawisata kota Padang sebagai salah satu even budaya. Serta mendapatkan dukungan dana dari APBD kota.
Berdasarkan amatan tim suarakampus.com, selepas Ashar Rabu (13/12) bertepatan dengan 1 Jumadil Akhir 1444 Hijriah, suasana di depan Masjid Muhammadan di jalan Batipuh Panjang, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang mulai ramai dipadati warga yang hendak berburu gula. Kawasan yang dominan dihuni oleh warga keturunan India tersebut menjadi lokasi kegiatan Serak Gulo itu.
Sekitar tiga ton gula pasir yang sudah disiapkan panitia untuk dibagikan kepada warga telah disiapkan. Gula tersebut dibungkus dalam kain perca berwarna-warni dengan berat mulai dari 100 gram.
Festival Budaya itu diawali dengan pembacaan doa dan dilanjutkan pemasangan bendera berbentuk segi tiga berwarna hijau pada seutas tali sepanjang 20 meter yang direntangkan di atap Masjid Muhammadan itu. Setelah itu puluhan pemuda dewasa mulai mengangkat berkarung-karung gula ke atas atap masjid Muhammadan. Setiap karung diangkat berisi gula pasir yang dibungkus dengan kain perca berwarna-warni.
Tidak hanya di atas Masjid saja, panitia juga menyediakan dua titik lainnya dari konstruksi besi setinggi dua meter di sepanjang jalan Batipuh Panjang. Totalnya tiga titik pelemparan gula untuk diperebutkan oleh masyarakat.
Usai berdoa bersama, gula dilemparkan ke bawah untuk diperebutkan oleh ratusan penyerbu gula yang telah menunggu dengan kedua tangan direntangkan ke atas guna menangkap gula yang dilempar dari atas atap masjid.
Terlihat warga yang ikut serta itu mulai dari yang tua, muda hingga anak-anak. Mereka berbaur penuh keceriaan dan kegembiraan menangkap gula itu.
Festival Serak Gulo tersebut turut dihadiri oleh Gubenur Sumatra Barat, Mahyeldi Ansurullah mengajak warga untuk melesatarikan budaya yang ada di sumatra Barat, salah satunya Serak Gulo. Karena festival ini telah menjadi warisan budaya tak benda Indonesia yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) sehingga tak punah.
“Warisan Budaya Tak Benda ini tetap dilestarikan di tengah masyarakat. Tidak boleh sampai punah sehingga generasi yang akan datang tetap bisa mempelajari kearifan budaya lokal,” katanya saat memberi kata sambutan, Rabu (13/12). (red)
Wartawan: Fajar Hadiansyah