Suarakampus.com– Festival Lampu Colok menjadi sorotan masyarakat Bengkalis yang bertepatan dengan malam 27 Ramadhan hingga malam takbiran. Tradisi turun-temurun ini digelar hampir di seluruh wilayah Bengkalis, Sabtu (29/03).
Ketua Pelaksana, Maulana Mahi Hendra menjelaskan, festival ini merupakan bentuk pelestarian adat yang telah ada sejak dulu. “Tidak ada perbedaan dari cara pembuatannya, hanya saja bahan bakar yang dulunya minyak tanah kini diganti dengan minyak solar,” ungkapnya.
Menurutnya, pada awalnya lampu colok berfungsi sebagai penerang jalan bagi masyarakat yang hendak ke masjid. “Dulu, lampu colok hanya di sepanjang jalan. Sekarang, dibentuk menjadi replika masjid atau ornamen islami.” jelasnya.
Salah satu pengunjung, Lola Fitaloka mengungkapkan, antusiasmenya menyaksikan festival ini. “Saya sudah hadir satu jam sebelum acara dimulai,” katanya.
Lola menambahkan, lampu colok tahun ini memiliki desain yang lebih menarik dibandingkan tahun lalu, meskipun ukurannya lebih kecil.
Lanjutnya, ketertarikannya untuk melihat lampu colok karna event yang terjadi satu sekali dalam satu tahun. “Saya sangat tertarik untuk melihat lampu colok karena acara ini hanya berlangsung sekali dalam setahun,” ungkapnya.
Senada dengan itu, pengunjung lainnya Fauzan Syam menegaskan, tradisi ini harus terus dilestarikan. “Tradisi ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah setempat untuk kesuksesan kegiatan,” ujarnya.
Fauzan menyebutkan, lampu colok merupakan seni dengan keindahan yang menjadi tradisi khas suku Melayu. “Untuk menjaganya, seluruh elemen masyarakat harus ikut berpartisipasi,” tuturnya.
Ia berharap, festival lampu colok dapat terus dilestarikan hingga ke generasi mendatang. “Jangan sampai Melayu hilang,” tutupnya. (Lya)
Wartawan: Elsa Mayora