Oleh: Fajar Hadiansyah
(Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang)
Nanti, saat engkau baranjak jangan pikirkan aku lagi
Biarkan rasa itu mati mengikuti hilir
Atau biarkan genggaman itu beku diusik angin
Hingga berwarna abu-abu diterpa badai
Aku begini, kikir tentangmu
Namun, kamu luruh bersama pelangi itu
Larut ketika malam tiba
Tatapku pada cahaya langit malam membuat hati itu terayun lara
Mataku nanar melihat langkah pergi itu
Raganya tak mampu aku lepas dari dekap, apalagi tentangnya
Cinta padamu adalah muara terbaik
Hayati cintamu yang baharu, sebagaimana aku menghayati kehilangan dirimu
Jika sungguh-sungguh, jangan menoleh kebelakang lagi
Aku tidak akan menantimu
Kita dengan kata mungkin, masih bisa bertemu
Bersama keadaan dua orang yang tidak saling mencari
Hanya berakhir jadi asing, setelah jatuh cinta
Hanya tak berwarna ketika menatap
Hanya saling bisu ketika berpapasan
Namun, jauh di hati ini aku sungguh tersiksa
Padang, 24 Juli 2022