M. Taufik
Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negri Imam Bonjol Padang
Alumni Student Literacy Camp (SLC) 2024
taufikhabibie85@gmail.com
Ceker Ayam Basi
Penamaan ceker ayam dalam buku yang memiliki pengertian tulisan jelek menjadi bagus karena kaligrafi. Kenapa disebut ceker ayam basi?, itulah makna yang cocok dengan kondisi tulisan mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab (PBA) sekarang. Basi pada tulisan artinya sesuatu yang berlarut-larut dalam kejelekan penulisan, dari kecil hingga dewasa belum membiasakan untuk menulis. Walaupun tidak semuanya, tetapi kebanyakan penulisan Arab pada pembelajaran bahasa Arab cendrung memiliki tulisan yang kurang jelas bahkan sulit untuk dibaca. Hal inilah yang menjadi permasalahan atau keresahan kebanyaakan pendidik (guru, dosen dan sebagainya) dalam mengkoreksi lembaran jawaban, sehingga pendidik merasa malas untuk mengkoreksi lembaran jawaban yang berbahasa Arab. Lalu apa yang terjadi? benar, pendidik menjadi asal-asalan dalam mengkoreksi hasil belajar siswa. Penulis ingin menceritakan tentang seorang pemuda yang malas karena memiliki tulisan jelek, tetapi pemuda itu malah terpelosok ke jurang yang indah yaitu Sanggar Kaligrafi Al-Aqlam yang berada di Universitas Islam Negri Imam Bonjol Padang. Disitu dia ditempa dan digosok dari batu biasa, menjadi batu akik yang berharga.
Apa yang Dimasak?
Kalimat “ceker ayam masak”, mungkin sebagian orang belum bisa memahami maksud kalimat tersebut. Artinya, menunjukan bahwa seorang mahasiswa yang sedang berusaha mencari solusi untuk meningkatkan kualitas tulisan bahasa Arab. Dengan apa? betul sekali, dengan kaligrafi. Menurut Soemarto dalam Arsyad (2004), tujuan mata pelajaran bahasa Arab adalah untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan siswa tentang syari’at islam dengan memberikan kemampuan dan keterampilan dasar. Tujuan lain adalah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperkuat hubungan internasional. Artinya bahasa Arab menjadi salah satu induk ilmu pengetahuan di dunia maupun di akhirat, karena dalam pandangan umat Islam agama yang dipelajari banyak menggunakan bahasa Arab. Wulandari & Sihombing (2023) mengatakan, minatnya terhadap kaligrafi membantu mahasiswa menguasai bahasa Arab, terutama dalam hal penulisan banyak mahasiswa terus menghadapi masalah dan melakukan kesalahan penulisan Arab. Mengajarkan mereka dasar-dasar kaligrafi, seperti menulis huruf di atas dan di bawah garis. Dan ini bisa menjadi solusi untuk permasalahan yang terjadi.
Vikki merupakan seorang mahasiswa di Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang, Sumatera Barat. Vikki, mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab, dikenal sebagai orang yang cerdas tetapi malas menulis. Dosennya selalu kesulitan memahami tulisannya yang berantakan dan melenceng dari kaidah penulisan, ketika tiba waktunya untuk menyerahkan tugas atau mengikuti ujian tertulis. Reputasinya sering tidak mencerminkan kemampuan dan potensinya yang sebenarnya karena menulisnya dengan tergesa-gesa dan tidak teratur. Lalu apa peran generasi Z pada pembahasan kali ini?. Peran generasi Z sekarang adalah membuat perubahan dari kebiasaan buruk menjadi baik.
Sebagaimana dijelaskan oleh Soemarto, kisah Vikki menunjukkan kesulitan yang dihadapi saat mencoba mencapai tujuan pembelajaran bahasa Arab. Kemampuan menulis yang baik sangat penting untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan tentang syari’at islam serta untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan hubungan internasional. Penyebaran ide dan pengetahuan menjadi terhambat jika Vikki tidak memiliki kemampuan menulis yang rapi dan jelas. Ini menegaskan bahwa tidak hanya memahami materi akademik saja, tetapi juga menguasai keterampilan dasar seperti menulis dengan baik dan teratur. Dengan demikian, tujuan pendidikan bahasa Arab akan didukung dalam konteks yang lebih luas.
Menurut Fauzi & Thohir(2021), pembelajaran bahasa Arab membantu kita memahami sumber Islam yang utama, seperti al-Qur’an dan hadis, lebih dari sekadar belajar kosakata dan tata bahasa. Proses ini juga memberi kita motivasi yang kuat, bimbingan yang mendalam, dan arahan yang kuat yang membantu kita menguasai bahasa dengan kuat. Kemampuan ini membuat kitab suci lebih mudah dipahami dan memberikan akses yang lebih besar ke hukum Islam yang terkandung di dalamnya. Demikian pula, kaligrafi membantu Vikki tidak hanya memperbaiki tulisan tangannya, tetapi juga memberinya ketenangan dan kedamaian, seperti meditasi, yang membantunya mengatasi tekanan dan stres yang dia alami karena kuliah.
Bila Kau Belum Berhasil? Mengapa?
Vikki belajar bahwa kegagalan adalah bagian dari proses menuju kesuksesan, bukan akhir dari segalanya. Meskipun awalnya mengalami kesulitan dengan kaligrafi, Vikki terus berusaha memperbaiki dirinya seperti hujan yang selalu datang kembali meski jatuh berkali-kali. Setiap kali dia berlatih, dia mengingat masa kecilnya, saat tawa dan kesedihan selalu diiringi dengan harapan. Vikki berhasil mengatasi kemalasannya dan memperbaiki keterampilan kaligrafinya dengan ketekunan, yang merupakan langkah kecil tetapi signifikan. Menarik bukan?
Kemenangan Vikki dalam berbagai kompetisi kaligrafi menunjukkan bahwa mimpi itu patut diperjuangkan dan berharga. Bagi orang lain, perjalanan itu mungkin kecil dan tidak signifikan, tetapi bagi Vikki itu adalah perjalanan yang penuh makna dan pelajaran. Dia menatap setiap malam dengan harapan dan doa, menyadari bahwa kegagalan tidak boleh menghentikan mimpinya. Dengan kaligrafi, dia dapat mengekspresikan dirinya dengan keindahan dan kedalaman, dan dia belajar bahwa setiap goresan pena, meskipun tampak sepele, memiliki makna yang mendalam.
Vikki belajar dari kesulitan dan kesuksesannya bahwa jatuh bukanlah akhir dari segalanya dan kegagalan bukanlah tempat terakhir untuk berhenti berjuang. Vikki terus berusaha meningkatkan keterampilannya, dan berbagi pengetahuannya dengan orang lain dengan semangat yang sama seperti hujan yang terus-menerus. Pepatah pun pernah mengatakan “sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia lainnya”. Dia menunjukkan bahwa mimpi bisa terwujud dengan tekad dan kerja keras, dan bahwa keindahan ada di setiap langkah perjalanan. “Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”.