Cerita Masyarakat Desa Kajai di Balik Gempa Pasbar

Suasana anak-anak dan warga Desa Kajai saat bercengkerama (M Abdul Latif/Suarakampus.com)

Suarakampus.com- Sepekan sudah gempa berkekuatan 6,2 Magnitudo meluluh lantahkan desa Kajai yang berada di Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar) memaksa ribuan jiwa yang selamat dari gempa untuk mengungsi keberbagai tenda pengungsian. Dampak gempa ini, terlihat lautan bangunan-bangunan mulai dari rumah, masjid, sekolah, hingga bangunan pemerintah rata dengan tanah.

Salah seorang korban gempa yang selamat, meraung kepada tim suarakampus.com saat menceritakan bagaimana paniknya mereka saat kejadian gempa pertam kali yang melanda desa tersebut. Lantaran, dirinya beserta anak-anaknya masih berada dalam rumah yang mulai roboh.
“Kami sangat ketakutan saat gempa itu datang,” ungkapnya diiringi isakan tangis saat bercerita dengan wartawan suarakampus.com pada Jumat (04/03).

Selain menimbulkan trauma baginya, gempa itu juga menimbulkan luka di beberapa bagian tubuh yang hingga saat ini berhasil menjadi kenangan buruk. “Punggung ini tertimpa kayu dari bangunan rumah saya, gigi saya juga ikut patah saat itu, anak-anak saya juga mengalami hal yang sama,” tuturnya dengan wajah yang sudah basah dengan air mata.

Kemudian, ia mengatakan bahwa pembagian bantuan tidak merata kepada korban gempa, serta kurangnya pembagian bantuan yang lebih krusial seperti kebutuhan pangan, dan ada beberapa korban yang membeli terpal sendiri. “Bantuan belum merata, dan kebutuhan yang lebih urgen belum terealisasikan,” katanya.

Sedangkan Emron yang juga merupakan korban gempa mengungkapkan tidak menemukan permasalahan yang berat meskipun kurang meratanya pembagian sembako. “Alhamdulillah, di sini kami nyaman-nyaman saja, tidak ada permasalahan besar yang muncul,” ungkapnya.

Saat kejadian gempa, beruntung dirinya bersama istri sedang berada di Kebun, hingga terjauh dari dampak gempa yang parah. “Beruntung saya dan istri di Kebun, dan anak saya berada di luar daerah,” syukurnya.

Emron saat bercerita, terlihat berusaha menutupi kesedihan melihat desanya yang sudah porak-poranda yang meninggalkan puing-puing tak berbentuk. Kata dia, tidak ada yang perlu dikeluhkan, sebab hal ini juga menjadi pemersatu sesama. “Semua merasakan dampak bencana ini, kita harus tetap sabra,” katanya sambil tertawa kecil.

Menanggapai hal itu, Wali Nagari Kajai, Ramdhani menuturkan akan selalu siaga membantu warganya dan melayani dengan sepenuh hati. “Kami tidak menyalahkan masyarakat jika mengeluh, kami dari pihak nagari akan melakukan yang terbaik untuk masyarakat,” ucapnya dengan suara bergetar.


Pembicaraan Ramdhani terputus, sebab kedatangan seorang perempuan berumur kira-kira 35 tahun dengan keluhan belum mendapatkan bantuan berbentuk matras yang diberikan oleh pihak nagari. Setelah kepergian perempuan itu, Ramdhani melanjutkan pembicaraannya yang sempat terputus. “Kamu lihat, itu contohnya, pagi tadi dia sudah menerima bantuan itu, tapi sekarang dia datang lagi dengan keluhan belum menerima bantuan,” jelas Wali Nagari itu sembari menunjukkan data penerima bantuan.

Lanjutnya, ia menuturkan bahwa kebijakan sudah dilakukan oleh pihak nagari, di mana menyarankan warga untuk tinggal di di posko-posko yang disediakan. “Posko-posko sudah kami dirikan, kebutuhan pangan, kesehatan kami usahakan untuk memenuhi, meski tidak maksimal,” tuturnya dengan nafas menghela nafas.

Ramdhani berharap agar masyarakat mendengarkan intruksi yang sudah disampaikan, demi kebaikan bersama. “Saya berharap masyarakat mengikuti intruksi, bersabar, bersyukur dan bergotong-royong,” harap Wali Nagari itu yang setia duduk di teras kantor. (nsa)

Wartawan: M Abdul Latif

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Sedih Sendiri

Next Post

PKM FUSA Diwarnai Berbagai Kegiatan

Related Posts
Total
0
Share
410 Gone

410 Gone


openresty