Oleh : Nanang Sanjaya
(Mahasiswa Prodi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN)
Mengenal mu tanpa sengaja
seperti menemui pagi di tengah malam buta
seperti langkah kecil menuju pelangi
di mana harapan dan mimpi berpeluk indah
Kehadiranmu, manis seperti senja
dengan warna jingga yang membelai jiwa
membawa kehangatan dalam bisu
menyusup lembut ke hati yang dulu beku
Namun, melupakanmu hampir gila
sebab setiap sudut waktu berbisik namamu
Setiap detik menjadi jaring yang mengikat
dan setiap kenangan menjadi duri yang menyengat
Siapa sangka, wajah yg semanis senja
mampu meretas damai, meluruhkan rasa percaya?
Tatapannya yang dahulu membangun mimpi
kini menjelma bayangan yang tak mau pergi
Kau meninggalkan luka sedalam samudera
dengan gelombang kenangan yang tak pernah reda
Setiap tawa yang dulu kutahu
menjadi gema yang melukai kalbu
Aku terjebak dalam arus ingatan
mengarungi lautan rindu yang tak berkesudahan
Kapalku karam di lautan perpisahan
dengan angin sesal yang terus berhembusan
Di tengah gelap, aku memanggil namanya
seperti nelayan mencari bintang penunjuk arah
Namun, yang kudapati hanyalah sunyi
dan bayangan senja yang tak ingin lagi kembali
biarlah luka ini jadi kisah
tertulis di pelupuk jiwa yang resah
dan puisi ini menjadi penanda
Bahwa kau pergi meninggalkan cinta bersama luka