Suarakampus.com- Memasuki empat semester pembelajaran di tengah Covid-19, new normal harus bisa diadaptasi untuk menjadi bagian dari sistem pembelajaran. Disrupsi, menjadi pilihan dalam membangun pendidikan karakter, agar bermanfaat di lingkungan masyarakat.
Meski arti disrupsi tidak sebagus maksudnya, yakni menghancurkan tapi kreatif. Disrupsi sejatinya sudah ada beriringan dengan kehadiran manusia sendiri, sehingga penting untuk memahami bahwa pendidikan harus berkembang sesuai kebutuhan masyarakat di setiap zamannya.
Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang (UNP), Dedi Supendra mengatakan, adanya Covid-19 telah mengubah sistem pembelajaran dengan memakai media sosial. “Kita mesti berpikir adanya perubahan pembelajaran, supaya bisa mandiri,” katanya dalam webinar yang diadakan HMJ Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Imam Bonjol Padang secara virtual, Sabtu (18/09).
Menurutnya ketika menciptakan karakter, manusia harus memahami dirinya sendiri sebagai makhluk individu dan sosial, serta akhirnya baru bisa bergabung dengan masyarakat yang majemuk. “Memahami diri ketika mengemban status pada organisasi bisa memberikan tanggung jawab, seperti ketika teman satu angkatan menjadi ketua, kita mesti menghormati perannya,” katanya.
Selain itu, ia menuturkan agama adalah cara utama membangun karakter, karena di dalam agama diajarkan menjadi manusia secara vertikal dan horizontal. “Ketika kita religius, ada aturan melekat yang memunculkan karakter yang baik,” tuturnya.
Sambungnya, pendidikan karakter berbalut guru yang paham cara mengajar sesuai zaman dan anggapan peserta didik, untuk merasa penting saat proses pembelajaran mesti diupayakan. “Pendidik harus menjadi milenial juga, supaya keterikatan bersama murid menjadi erat, tentu dengan tidak menyalahi norma,” ucapnya.
Dedi mengungkapkan hal penting dimiliki anak zaman sekarang ialah berpikir kritis, kreatif, produktif, mengendalikan digital dan lainnya. “Kita harap institusi pendidikan bisa melahirkan wisuda yang bisa beradaptasi dengan dunia nyata,” harapnya. (ulf)
Wartawan: Mailingsia Putri Ana (Mg)