Suarakampus.com- Minangkabau erat dengan tradisi tuturnya, terlihat dari melimpahnya petatah-petitih maupun pantun dari Ranah Minang. Kendati tidak tertulis, narasi yang diwariskan dari mulut ke mulut tetap penting dijaga sebagai salah satu upaya merawat literasi.
Kesadaran inilah yang dipegang oleh Harista Wijaya, kurator Film, Literasi, dan Arsip Gerakan Kalcer Festival Pusako Pekan Kebudayaan Nasional 2023 yang berlangsung di Fabriek Bloc, Kota Padang pada 11 sampai 15 Oktober 2023 lalu.
Salah satu perwujudan apresiasi atas tradisi tutur atau lisan dengan gaya kontemporer terlihat dalam penampilan Obe Jo Gogo, sebuah seni bercerita yang lazim disebut ventriloquist.
Dalam suatu kesempatam pada Sabtu 14 Oktober 2023, Obe Jo Gogo menyampaikan folklore atau cerita rakyat dalam bentuk ventriloquist, di mana Obe akan bercerita ditemani dengan karakter boneka bernama Gogo. Obe Jo Gogo tampil sebagai dua karakter yang berbeda, namun sumber suaranya berasal dari orang yang sama.
“Tema yang dibawakan Gogo dalam penyampaian ceritanya adalah ‘Merawat Bumi’, sejalan dengan tema PKN tahun ini. Makanya tadi cerita yang dibawakan berjudul ‘Dongeng Ibu Padi’ yang berdasarkan pada cerita rakyat dan dibawakan dengan gaya baru,” ungkap Haris. Terlebih ia menilai tradisi tutur adalah bagian penting untuk meningkatkan budaya literasi.
Kemudian, Haris menyampaikan alasannya memilih Obe Jo Gogo untuk merepresentasikan budaya bertutur. “Obe Jo Gogo adalah seniman yang mau melakukan riset, baik itu untuk sumber ceritanya maupun inovasi cara penyampaiannya,” ungkap Haris.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut siswa-siswi SMA Negeri 2 Gunung Talang. Menurut guru mereka, hadirnya siswa-siswi ke PKN 2023 sebagai suatu upaya mengenalkan literasi terkait seni dan budaya.
“Festival Pusako punya konsep yang bagus dalam mengenalkan suatu bentuk ekspresi seni dan budaya, termasuk kepada siswa-siswi sekolah,” ungkap Wandi, guru sejarah SMAN 2 gunung Talang. (wng)
Wartawan: Fajar Hardiansyah