Suarakampus.com– Lima hari menjelang Lebaran, sejumlah mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang memilih bertahan di kosan karena berbagai alasan, mulai dari keterbatasan biaya hingga sulitnya mendapatkan tiket pulang. Mereka harus melewati Idulfitri tanpa keluarga, Selasa (25/03).
Mahasiswa Tadris Matematika, Muhammad Iqbal, tetap di Padang untuk menabung biaya Kuliah Kerja Nyata (KKN). “Transportasi mahal, jadi saya memilih menabung untuk akademik,” katanya.
Ia mengaku berat melewatkan Lebaran tanpa keluarga. “Sedih pasti, tapi ini bagian dari perjalanan sebagai perantau,” ujarnya.
Iqbal merasa semakin kesepian saat melihat teman-temannya mudik satu per satu. “Kos jadi sunyi, apalagi saat malam tiba,” ungkapnya.
Untuk menghilangkan rasa sepi, ia mengisi waktu dengan berbagai kegiatan. “Kadang ikut buka bersama di masjid atau ngobrol dengan teman yang juga tidak pulang,” sebutnya.
Mahasiswa Tadris PAI, Adinda Safitri, memilih bertahan di Padang meski bisa pulang ke Pariaman. “Saya ingin merasakan Lebaran di perantauan,” ujarnya.
Keputusannya itu memicu banyak pertanyaan dari orang-orang di sekitarnya. “Sering ditanya, Kok nggak pulang? Ada masalah?’” tuturnya.
Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab, Putri Amelia, justru tidak pulang karena kehabisan tiket. “Sudah pesan jauh-jauh hari, tapi tetap tidak dapat,” ucapnya.
Ia merasa kehilangan suasana khas Lebaran di rumah. “Biasanya saat ini saya membantu ibu di dapur, sekarang hanya bisa melihat foto mereka,” katanya.
Putri mengaku momen paling sulit adalah ketika melihat unggahan teman-temannya yang sudah sampai di kampung halaman. “Saat buka HP, isinya foto mereka bersama keluarga,” ucapnya.
Meski begitu, ia dan teman-temannya berusaha menciptakan suasana Lebaran di kos. “Kami akan memasak makanan khas Lebaran bersama,” sebutnya.
Bagi mereka, Idulfitri tahun ini menjadi ujian kesabaran dan ketegaran. “Semoga tahun depan bisa pulang lebih awal dan berkumpul dengan keluarga,” harap Putri. (ver)
Wartawan: Chantika Aulia Riandri (Mg), Harfizaq Rafhki (Mg)
