Oleh: Evrilia Rahayu Mustafa
(Mahasiswi MPI UIN Imam Bonjol Padang)
Lukisan bianglala menyerka dinding
Butiran debu menyisir pewarna batas
Ayu parasnya memandang renjana
Tak seorang pun mampu menjadi wiyata
Jika terselip rasa angkuh meraya
Hirap sudah cerita asih
Hirap sudah warna temaram
Hirap sudah cahaya baskara
Menyentuh titisan pelembut jiwa
Siapa yang paling hirap?
Tentu saja lenyap sosok terbakar
Mengguncang coretan kertas
Tak lagi mampu menetas
Akan kesaksian denyut
Jangan pungkiri pusaka indahnya
Gantungkan cerah tepat di tengahnya
Ikhlaskan indah perlahan membawa
Merenungi warna petaka mulia
Mengenang ribuan asih
Hirap tak mampu menjadi utuh
Setelah dilenyap air yang diam
Tak mampu menyalahkan
Atas diamnya suatu elemen
Meminta petunjuk ilahi
Seribu kata terucap indah
Mampukah ia kembali? jawabannya adalah tidak
Akankah sia-sia? tentu saja tidak
Padang, 6 Februari 2023