Kacamata Dunia

Ilustrasi seorang remaja tengah menghafal Alquran (Sumber: istockphoto.com)

Oleh: Arina (Mahasiswa UIN Imam Bonjol Padang)

Prolog

World Islamic University (WIU) merupakan salah satu kampus tertua di dunia, dengan fasilitas serta tenaga didik terbaik saat ini. Sehingga mahasiswa yang lulus dari kampus ini berhasil meraih nilai tertinggi dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK ) 5,96, di mana standar IPK di dunia pada tahun 2040 ini adalah 6,00.

Kampus tersebut berdiri pada tahun 1600, sekarang sudah tahun 2040 itu artinya sudah 440 tahun lamanya kampus ini didirikan. Terletak di Peary Land, sebuah wilayah yang berada di bagian paling utara Greenland. Keberadaannya baru ditemukan pada tahun 2013, oleh seorang muslim yang merupakan Kakek dari Ariyana, seorang gadis yang akan memulai perjalanan dari kisah yang akan penulis ceritakan di sini.

Kampus ini terkenal dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi serta aturan hukum Islamnya yang sangat ditaati. Hingga saat ini aturan-aturan yang ditetapkan sejak berdirinya kampus ini tidak pernah diubah. Karena semua orang yang berada di lingkungan kampus percaya bahwa tidak ada hukuman yang terbaik selain hukuman yang telah ditetapkan oleh Allah, yang tertulis dalam Alquran dan hadis.

Setapak Perjuangan

Semua orang yang berteman dengan Ariyana, salah mengira bahwa gadis yang kini menduduki kursi semester VI tersebut masuk universitas Islam terbaik di dunia, karena bantuan orang dalam atau kekayaannya saja. Padahal sebelum menginjakkan kaki di WIU, Ariyana yang saat itu berusia 16 tahun berjuang keras meminta izin kepada orang tuanya, agar mengizinkannya tinggal bersama sang kakek yang berada di tempat yang jauh.

“Ayah, Ibu, izinkan Ariyana bersekolah di sana. Ariyana hanya ingin melihat wajah kakek, sekalian membantu kakek dan nenek berjualan,” rengek Ariyana.

“Maafkan Ayah, nak tempat itu terlalu jauh untukmu. Ayah hanya takut banyak orang jahat yang akan mengganggumu di sana. Juga, usiamu sekarang masih sangat kecil untuk bepergian ke sana,” ujar sang Ayah sambil menepuk pundak Ariyana.

“Ayahmu benar, sebaiknya kamu tetap tinggal di sini,” sambung Ibunya.

“Tapi Ibu mengizinkan saudara-saudaraku tinggal di negara Ibu yang juga sangat jauh. Lalu, mengapa aku tidak diizinkan tinggal di negara Ayah?,” tanya Ariyana dengan polosnya.

“Karena mereka laki-laki nak, mereka juga sudah cukup umur untuk tidak bergantung dengan kami lagi. Kakak-kakakmu sudah berusia 20 tahun, juga karena negara Ayahmu sangat jauh, dibandingkan dengan negaraku,” tegas sang Ibu.

“Ibumu berasal dari Mekkah, sementara aku berasal dari Greenland. Jarak Indonesia ke Mekkah lebih dekat, dibandingkan dengan jarak Indonesia ke negara kelahiranku,” imbuh sang Ayah.

“Lalu, bagaimana dengan adikku yang masih berusia 15 tahun, Ayah dan Ibu izinkan tinggal bersama bibi di Jepang?”

“Karena, fisiknya jauh lebih kuat dibandingkan dengan dirimu. Nak, kamu tahu betul bahwa suhu di sana sangat dingin dibandingkan dengan Jepang. Ayah hanya tidak ingin kamu membeku di sana,” ucap sang Ayah sambil membelai kerudung Ariyana.

“Ayah, benar, fisiknya memang lebih kuat dibandingkan diriku, tapi bagaimana kalau aku bisa bertahan di sana Ayah?”

Melihat adanya sifat keras kepala dalam diri Ariyana, kedua orang tuanya memutuskan untuk mengizinkan Ariyana pergi, namun harus memenuhi beberapa persyaratan.

“Baiklah, kami mengizinkanmu pergi dengan beberapa persyaratan. Pertama, kamu harus menunggu hingga usiamu mencukupi 18 tahun,” ujar Ayah.

“Apa syarat ini terlalu susah untukmu? kalau begitu..,” ucapan sang Ibu dipotong oleh Ariyana.

“Aku setuju Ibu, hanya saja aku kira Ayah akan memberikan syarat yang sangat sulit. Kemudian, apa syarat selanjutnya Ayah?,” ungkap Ariyana membuat ayahnya tersenyum jail.

“Syarat selanjutnya adalah kamu harus bisa menghapal minimal 10 juz Alquran, karena aku ingin mendaftarkanmu di kampus terbaik yang ada di sana, bagaimana? setuju?,” lugas Ayah.

Setelah percakapan yang panjang akhirnya Ariyana menyetujuinya, selama dua tahun Ariyana benar-benar berjuang menghafalkan ayat Alquran, dibantu teman Ayahnya yang kebetulan adalah seorang guru tahfiz.

Hari ini, Ariyana membuktikan perjuangannya dengan semangat menggebu-gebu, dia berpamitan kepada orang tuanya untuk pergi ke kota tempat ayahnya berasal dan kuliah di sana.

Bersambung…

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Usaha Tanpa Tepi

Next Post

Zona Oranye Covid-19 di Sumbar Alami Peningkatan

Total
0
Share