Kasus HIV/AIDS di PPU Melonjak, Dampak Pembangunan IKN Disorot

olin/suarakampus.com
Tangkap layar diskusi live talks melalui Instagram (Sumber: Verlandi/suarakampus.com)

Suarakampus.com- Kasus HIV/AIDS di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) mengalami peningkatan seiring pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Fakta ini terungkap dalam Live Talks Independen.id bertema “Paradoks Pembangunan IKN dan Realita HIV/AIDS” yang menghadirkan jurnalis, Direktur Indonesia AIDS Coalition, dan Komisioner Komnas Perempuan, Rabu (05/02).

Jurnalis Independen.id, Betty Herlina mengatakan, diskusi tersebut membahas dampak sosial pembangunan IKN terhadap penyebaran HIV/AIDS. “Lonjakan ini terjadi seiring semakin masifnya pembangunan infrastruktur,” ujarnya.

Ia menambahkan, tidak ada tuduhan langsung bahwa pembangunan IKN menjadi penyebab utama meningkatnya kasus HIV/AIDS. “Kami hanya melihat adanya angka yang menarik untuk dikaji lebih dalam,” katanya.

Jurnalis Danang Saputro mengungkapkan, tren peningkatan HIV/AIDS di Kalimantan Timur, terutama di wilayah IKN, menjadi perhatian utama. “Wilayah ini membutuhkan banyak tenaga kerja dari berbagai daerah, yang berpotensi berkontribusi pada penyebaran HIV/AIDS,” jelasnya.

Ia menjelaskan, berdasarkan data, kasus HIV/AIDS di PPU sempat turun dari 27 kasus pada 2021 menjadi 17 kasus pada 2023. “Namun, angka tersebut kembali melonjak menjadi 26 kasus hingga Oktober 2024,” tambahnya.

Menurutnya, sebagian besar pasien yang terdiagnosis lebih memilih melakukan pemeriksaan di luar wilayah PPU. “Mereka khawatir akan stigma dan pengucilan dari masyarakat,” ungkapnya.

Direktur Indonesia AIDS Coalition, Aditya Wardhana, mengatakan, permasalahan HIV/AIDS tidak hanya terkait penyebaran virus, tetapi juga ketidaksetaraan akses layanan kesehatan. “Meskipun metode testing dan pengobatan efektif, HIV/AIDS masih dianggap tabu oleh masyarakat,” katanya.

Ia menambahkan, pihaknya tengah merancang program pencegahan dan edukasi HIV/AIDS di wilayah IKN. “Tingginya mobilitas penduduk dan pekerja konstruksi meningkatkan risiko penyebaran HIV/AIDS,” ujarnya.

Komisioner Komnas Perempuan, Siti Aminah Tardi mengatakan, fenomena serupa mungkin juga terjadi di daerah pembangunan lain. “Namun, belum ada kajian komprehensif mengenai dampak pembangunan besar terhadap angka HIV/AIDS,” jelasnya.

Ia menegaskan, isu HIV/AIDS berkaitan erat dengan ketidakseimbangan relasi gender. “Perempuan lebih berisiko terinfeksi karena faktor biologis dan sosial,” ungkapnya.

Menurutnya, stigma terhadap pengidap HIV/AIDS masih kuat di masyarakat, meskipun edukasi sudah banyak dilakukan. “Selama stigma masih ada, sulit bagi masyarakat untuk terbuka terhadap pengobatan yang tersedia,” pungkasnya. (ver)

Wartawan: Anisa Fitri Tara (Mg), Verlandi Putra

Total
0
Shares
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous Post

Onyx Storm: Ketegangan, Magis, dan Cinta di Tengah Perang

Next Post

Gaya Komunikasi dibalik Generasi

Related Posts
Total
0
Share