Suarakampus.com- Tahun ini, 11 dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang akan memasuki masa pensiun. Kendati demikian, Wakil Rektor I Bidang Bidang Akademik dan Kelembagaan Yasrul Huda menyebut hasil itu tidak menjadi persoalan yang serius.
Yasrul mengatakan, kampus masih memiliki alternatif untuk mengangkat tenaga pendidik tidak tetap. “Itu tidak masalah, karena kita bisa mengangkat dosen kontrak,” sebutnya.
Ia menjelaskan kriteria dosen itu ada dosen tetap PNS, dosen tetap tidak PNS dan dosen tidak tetap. “Kita bisa memakai dosen yang tidak tetap meski dengan beberapa ketetapan juga, kenapa harus ada dosen tetap selagi bisa menyewa,” jelasnya.
Yasrul menyetujui rancangan pemerintah terkait penghapusan PNS dan diganti dengan P3K. Katanya, tenaga pendidik tidak tetap lebih fleksibel dan bisa menyesuaikan dengan kualitas yang dibutuhkan.
“Kita punya kesempatan untuk mencari dan memilih dosen yang berkompeten sesuai dengan kualitas yang kita butuhkan,” ucapnya.
Namun, dosen tidak tetap ini juga mempunyai hak memilih tempat untuk mengajar dan kampus bisa kewalahan jika dosen yang berkualitas mengundurkan diri jika masa kontraknya telah berakhir. “Sulit mencari pengganti yang sesuai, ini salah satu dampak negatifnya,” sambungnya.
Berdasarkan data yang dihimpun suarakampus.com, saat ini UIN Imam Bonjol Padang miliki 13.000 mahasiswa dengan 385 tenaga pendidik aktif.
Koordinator pada Bagian Organisasi dan Kepegawaian Biro AUPK Yasmelizarti mengatakan, idealnya tenaga pendidik satu banding 30 mahasiswa, sedangkan penerimaan dosen tahun 2021 tidak sebanding dengan pensiunannya. “Kampus telah berupaya mangajukan penambahan jumlah dosen pada Kementerian Agama,” katanya.
Kemudian ia menerangkan, tahun 2022 CPNS ditiadakan dan diganti dengan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak (P3K) yang hanya dikontrak pertahun. “Setiap tahunnya kita bakal kekurangan tenaga pendidik tetap,” ungkapnya.
Yasmelizarti berharap Mentri Agama dapat mempertimbangkan penambahan jumlah dosen sesuai dengan yang pensiun. “Semoga pemerintah dapat mengakomodir jumlah dosen meski telah ditetapkannya P3K,” harapnya.
Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora Miftahul Rahmi mengungkapkan, efektivitas pemakaian dosen tidak tetap dinilai kurang tepat . Katanya dosen tidak tetap menyulitkan mahasiswa dengan mengganti jadwal kuliah secara sepihak dan sistem perkuliahan yang tidak memuaskan.
“Dosen tidak tetap suka mengganti jadwal seenaknya dan memberikan nilai sesuka hatinya,” ungkapnya.
Lanjutnya, dosen tidak tetap merugikan mahasiswa karena kerap tidak masuk kuliah lantaran terlalu sibuk dengan urusan di luar. “Kuliah jarang dan nilaipun tidak diinput, hingga kami rata mendapatkan nilai B,” keluhnya.
Rahmi berharap agar kampus dapat memberikan solusi dan selektif dalam memilih tenaga pendidik. “Semoga kampus dapat lebih selektif memilih dosen tidak tetap dan dapat meningkat kualitas akademik kita,” harapnya. (gfr)
Wartawan: Firga Ries Afdalia, Izzatul Nisa Syafa (Mg)